logo batamtoday
Jum'at, 27 Desember 2024
Panbil Group


Nelayan Belakang Padang Diganggu Saat Melaut di Pulau Nipah, Indonesia Minta Penjelasan Singapura
Kamis, 26-12-2024 | 18:44 WIB | Penulis: Redaksi
 
Kapal patroli Marine Police Singapura mengintimidasi nelayan Belakang Padang, Kota Batam saat memancing ikan di Pulau Nipah (Foto: Istimewa)  

BATAMTODAY.COM Batam-Badan Pengelolaan Perbatasan Daerah Kepulauan Riau (BP2D Kepri) meminta penjelasan Singapura terkait insiden nelayan Belakang Padang, Batam, yang dilaporkan diganggu hingga mendapat intimidasi dari polisi laut negara tetangga tersebut saat melaut di perairan Pulau Nipah pada Rabu (25/12/2024).

BP2D Kepri mengatakan telah menghubungi Konsulat Jenderal (Konjen) Singapura untuk menagih penjelasan terkait insiden tidak menyenangkan yang dialami nelayan-nelayan Indonesia ini.

Kepala BP2D Kepri Doli Boniara mengatakan pihaknya belum mendapat respons lantaran negara tersebut masih dalam suasana libur Natal.

"Tapi pagi begitu dapat info saya langsung berkoordinasi sama Konjen Singapura yang ada di Batam dan mereka pun sudah meneruskan kepala otoritas yang ada di Singapura," kata Doli, Kamis (26/12/2024).

Sejumlah perahu nelayan Indonesia dilaporkan kerap diganggu oleh polisi laut Singapura. Insiden terbaru terjadi pada Rabu (25/12), di mana nelayan Belakang Padang sedang melaut di perairan Pulau Nipah dan diganggu oleh speedboat polisi laut Singapura.

Video diduga yang merekam insiden tersebut viral tersebar di media sosial. Terlihat kapal patroli Polisi Maritim Singapura diduga mengintimidasi nelayan yang sedang memancing dengan membuat gelombang yang membuat kapal nelayan tenggelam. Seorang nelayan terlempar ke laut akibat hantaman gelombang yang diciptakan oleh kapal patroli Singapura.

Sejumlah pihak menilai polisi laut Singapura melakukan manuver seperti itu karena perairan Pulau Nipa dekat dengan daerah vital negaranya.

Namun, Doli menekankan tindakan menghalau dengan cara tersebut membahayakan keselamatan nelayan Indonesia yang diduga hanya menggunakan kapal tradisional.

"Ya seperti itu, kalau kami liat nelayan tadi nelayan tradisional yang sedang memancing, mereka (polisi laut Singapura) memakai speedboat, tapi kami masih menelusuri dari DKP apakah mereka nelayan tradisional atau tidak," kata dia.

Doli mengatakan BP2D Kepri meminta klarifikasi otoritas Singapura terkait apa yang membuat Polisi Maritim Singapura melakukan manuver berbahaya hingga membuat nelayan Batam terkena gelombang kapal dan satu nelayan dilaporkan terjatuh ke laut akibat tindakan tersebut.

"Intinya kami merespon cepat berita ini dengan berkoordinasi ke pihak Singapura dan kami menunggu klarifikasi dari mereka," kata Doli.

BP2D Kepri juga berkoordinasi dengan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) untuk memastikan kondisi nelayan tersebut dan memastikan apakah betul nelayan tradisional atau bukan.

"Kami sudah berkoordinasi dengan DKP, mereka juga sudah bertanya ke HSNI Kepri. Intinya kalau dari kami pemerintah bagaimana nelayan kita selamat, jangan sampai nanti kecelakaan atau gimana-gimana," katanya.

Diintimidasi Marine Police Singapura

Sebelumnya, sekelompok nelayan tradisional asal Belakang Padang, Kota Batam, Kepulauan Riau, mengalami insiden mengejutkan saat memancing di perairan Pulau Nipah pada Selasa, 24 Desember 2024. Ketika tengah asyik mencari ikan menggunakan lima speedboat, mereka tiba-tiba mendapat intimidasi dari kapal patroli Marine Police Singapura.

Menurut keterangan saksi, kapal patroli Singapura mencoba membuat gelombang besar yang nyaris menenggelamkan perahu nelayan.

Salah seorang nelayan bahkan terlempar ke laut akibat guncangan gelombang tersebut. Beruntung, nyawanya berhasil diselamatkan oleh rekan-rekannya yang sigap memberikan pertolongan.

"Mereka lagi mancing di Pulau Nipah. Ada lima speed. Tiba-tiba kapal patroli datang dan membuat gelombang besar," ujar Z.

Diduga, insiden ini terjadi karena para nelayan melewati batas perairan Indonesia yang berbatasan dengan Singapura.

Namun, seorang nelayan menyebut bahwa area tersebut sebelumnya bebas untuk memancing, meski belakangan pihak Singapura melarang aktivitas tersebut. "Sekarang ada tambak dekat situ," ujarnya.

Ketua DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kepulauan Riau, Distrawandi, mengecam keras aksi intimidasi yang dilakukan oleh Marine Police Singapura terhadap nelayan tradisional Belakang Padang. Ia menilai tindakan tersebut sebagai bentuk arogansi yang melampaui batas.

"Kami mengutuk keras tindakan Marine Police Singapore terhadap nelayan tradisional Belakang Padang, Batam, Kepri. Apa maksud dan tujuannya? Mereka ini hanya nelayan kecil yang mencari nafkah!" ujar Distrawandi dengan nada kesal saat dikonfirmasi pada Kamis, 26 Desember 2024.

Distrawandi juga mengungkapkan bahwa pihaknya bersama para nelayan akan menggelar aksi protes besar-besaran ke Kantor Konsulat Singapura di Kota Batam pada Jumat, 27 Desember 2024.

Aksi ini bertujuan untuk menuntut penjelasan dan meminta pertanggungjawaban atas tindakan yang dinilai sewenang-wenang tersebut.

"Nanti kami akan datang beramai-ramai ke Konsulat Singapura bersama nelayan tradisional. Kami juga akan berkoordinasi dengan Polda dan Lantamal IV Batam. Kami akan memastikan Singapura bertanggung jawab atas insiden ini," tegasnya.

Aksi yang direncanakan akan dipimpin langsung oleh pengurus HNSI Kepri dan HNSI Kota Batam, termasuk Hazarin Pirda, Alin, dan Sekretaris Muhammad Bin Boyan. Para nelayan dari Belakang Padang dan sekitarnya juga telah menyatakan kesiapan mereka untuk turun ke jalan sebagai bentuk solidaritas.

"Kami akan menunjukkan bahwa nelayan tradisional kecil tidak bisa diintimidasi begitu saja. Ini bukan hanya soal perbatasan, tapi soal martabat nelayan Indonesia," ujar Distrawandi.

Pulau Nipa atau Pulau Nipah merupakan salah satu pulau di Kepulauan Riau sekaligus pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan perairan Singapura. Doli menyebut perairan Pulau Nipah memang berdekatan dengan kawasan strategis Singapura, yang menjadi lokasi tanki dan bunker minyak negara tersebut.

Editor: Surya

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit