Oleh Dr. Handi Risza Idris
TARGET pertumbuhan ekonomi Indonesia 8% pada era Presiden Prabowo Subianto, seperti mengulangi rencana mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) 10 tahun lalu yang juga mempunyai rencana pertumbuhan ekonomi mendekati 8% atau 7% tepatnya.
Dalam kenyataannya selama 10 tahun Jokowi memerintah, pertumbuhan ekonomi stuck hanya di angka 5% pada zaman Covid 19, bahkan sempat minus.
Unsur yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi adalah Investasi. Investasi bisa merupakan trigger bagi pertumbuhan ekonomi yang bersifat jangka panjang.
Rumus pertumbuhan ekonomi Konsumi (C) + Investasi (I) + Gov. Expenditure (G) - (X-I), sementara dari sisi penawaran, produksi/output merupakan fungsi dari sisi modal, tenaga kerja dan SDM.
Jika diturunkan, maka akumulasi kapital merupakan akumulasi dari investasi yang dilakukan saat ini ditambah investasi setelah dikurangi depresiasi pada tahun sebelumnya.
Jadi investasi merupakan salah satu pengeluaran agregat di mana peningkatan investasi akan meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional.
Sementara pengeluaran barang modal sebagai akibat investasi akan menambah kapasitas produksi, dengan penambahan mesin baru, perluasan pabrik dll. Akan merupakan stimulus dari peningkatan produksi nasional dan kesempatan kerja.
Potret GDP kita, konstribusi dari PMTB (pertumbuhan modal tetap bruto) ini di bawah konsumsi rumah tangga (29%) dengan pertumbuhan 5,15%. Itu menjadi instrument yang tidak bisa dipisahkan dalam menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi.
Kinerja perekonomian nasional akan ditunjukkan melalui PDB/GDP dan juga bagaimana PMTB-nya. PMTB adalah kontributor kedua setelah konsumsi rumah tangga di GDP.
Sejak 2017-2018, nilai investasi tercatat melebihi nilai GDP. Sayangnya, hal itu tidak pernah dialami lagi, sampai hari ini. Itu artinya, pertumbuhan investasi terus mengalami penurunan, bahkan di bawah pertumbuhan GDP itu sendiri. Hal itulah yang harus disikapi dengan baik, apalagi jika berencana ingin mencapai pertumbuhan 8%.
Distribusi investasi terhadap GDP juga terus alami penurunan. angka tertinggi ada pada 2015, di mana kontribusi investasi thd GDP 32,81%.
Setelah itu, terus alami penurunan sd 2023 lalu kontribusinya hanya 29,33%. Itu selaras dengan terjadinya kontribusi manufaktur thd pertumbuhan ekonomi yang terus alami penyusutan yang nilainya tidak sampai 20% (18-19%)
Rekomendasi:
Pertama Investasi adalah sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang, karena mendorong kapasitas produksi.
Kedua, perbaikan iklim investasi, peningkatan kualitas SDM, ramah investasi, tranparansi serta birokrasi bersih dan melayani merupakan upaya menurunkan angka ICOR dan menarik Investasi.
Ketiga, Jika ingin tumbuh 8% maka ICOR harus ber angka 3- 4. Indonesia butuh investasi Rp13.528 triliun dalam 5 tahun ke depan. 30% di antaranya ditopang oleh investasi.
Keempat, Peningkatan Total factor productivity via peningkatan kualitas SDM, adopsi teknologi, inovasi, riset dan pengembangan merupakan syarat wajib pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Penulis adalah Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Universitas Paramadina
Sumber: Diskusi Online Universitas Paramadina dan INDEF dengan tema 'Catatan Akkhir Tahun: Investasi dan Industri Sebagai Faktor Kritis Dalam Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi 8%'.