BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar gugur karena serangan Israel di Gaza pada Rabu, 16 Oktober 2024. Kematian Yahya Sinwar diumumkan oleh militer Israel IDF dengan merilis video saat ia tewas terbunuh di rumahnya.
Yahya Sinwar sendiri sebelum tewas ditunjuk untuk menggantikan Ismail Haniyah yang syahid dari serangan bom di Teheran, Iran beberapa waktu lalu.
Yahya Sinwar akan digantikan sementara oleh Khaled Mashal. Pria berusia 68 tahun ini pernah menjadi pemimpin politik Hamas di pengasingan setahun sebelum Israel mencoba menyingkirkannya.
Jabatannya sebagai pemimpin politik Hamas, memungkinkan Mashal bertemu dengan pemerintah asing di seluruh dunia, tanpa hambatan oleh pembatasan perjalanan ketat Israel yang memengaruhi pejabat Hamas lainnya.
Mashal telah menjadi tokoh utama Hamas sejak akhir 1990-an. Sebagian besar hidupnya dihabiskan di tempat yang relatif aman yaitu pengasingan karena Israel berencana membunuh tokoh-tokoh terkemuka Hamas lainnya di Jalur Gaza.
Ia menolak gagasan kesepakatan damai permanen dengan Israel. Ia pernah mengatakan bahwa Hamas dapat menerima negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai solusi sementara dengan imbalan gencatan senjata jangka panjang.
Khaled Mashal lahir di Silwad dekat kota Ramallah di Tepi Barat. Ia pindah bersama keluarganya saat masih kecil ke negara Teluk Arab Kuwait, tempat berkembangnya sentimen pro-Palestina.
Pada usia 15 tahun, ia bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam tertua di Timur Tengah. Ikhwanul Muslimin berperan penting dalam pembentukan Hamas pada akhir 1980-an selama pemberontakan Palestina pertama terhadap pendudukan Israel.
Ia menjadi guru sekolah sebelum beralih menjadi pelobi Hamas dari luar negeri selama bertahun-tahun. Saat itu para pemimpin kelompok Hamas lainnya mendekam dalam penjara Israel untuk waktu yang lama.
Dia bertugas mengumpulkan dana internasional di Yordania ketika dia nyaris lolos dari pembunuhan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memainkan peran penting namun tidak disengaja dalam membangun kredibilitas militan Khaled Mashal ketika ia memerintahkan agen Mossad untuk membunuhnya pada 1997.
Rencana pembunuhan Mashal adalah sebagai balasan atas pengeboman pasar Yerusalem yang menewaskan 16 orang dan dituduhkan pada Hamas.
Ia lolos dari percobaan pembunuhan di Yordania. Pada 1997, ia disuntik racun di jalan. Netanyahu, yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri untuk pertama kalinya, dipaksa menyerahkan penawar racun tersebut oleh Yordania.
Insiden tersebut menjadikan Mashal sebagai pahlawan perlawanan Palestina. Yordania akhirnya menutup kantor Hamas di Amman dan mengusir Mashal ke negara Teluk Qatar. Ia pindah ke Suriah pada tahun 2001.
Mashal memimpin Hamas, sebuah gerakan Muslim Sunni, dari pengasingannya di Damaskus pada 2004 hingga Januari 2012.
Ia meninggalkan ibu kota Suriah karena tindakan keras Presiden Assad terhadap warga Sunni yang terlibat dalam pemberontakan terhadapnya. Mashal tinggal di dua negara yaitu Doha dan Kairo.
Perselisihan antara Mashal dan pimpinan Hamas di Gaza muncul karena dia berupaya mendorong rekonsiliasi dengan Presiden Mahmoud Abbas, yang mengepalai Otoritas Palestina.
Mashal kemudian mengumumkan bahwa ia ingin mengundurkan diri sebagai pemimpin karena ketegangan tersebut.
Pada 2017, ia digantikan oleh wakilnya di Gaza, Ismail Haniyeh, yang terpilih untuk mengepalai kantor politik kelompok tersebut.
Ismail Haniyeh yang menjabat sebagai pemimpin Hamas gugur dalam serangan Israel pada 31 Juli 2024. Haniyeh lalu digantikan oleh Yahya Sinwar yang juga dibunuh Israel pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Kini Sinwar digantikan untuk sementara waktu oleh Khaled Mashal sampai terpilih pemimpin Hamas yang baru.
Editor: Surya