BATAMTODAY.COM, Batam - Dugaan beras oplosan yang beredar luas di Kota Batam, kembali menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Hal ini, disebabkan adanya temuan masyarakat akan kualitas beras premium bermerek yang kian buruk atau tidak sama dari sebelumnya.
Persoalan beras oplosan ini, sudah pernah dipublikasi BATAMTODAY.COM pada Maret 2023, dengan judul berita 'Marak dan Beredar Luas di Batam, Siapa di Balik Beras Oplosan?'. Kala itu, sumber terpecaya mengaku mendapat banyak informasi soal beras oplosan dari tangan kanan 'pemain' beras tersebut.
"Mereka mendatangkan beras tak layak atau sudah rusak dari luar negeri. Banyak dari Thailand dan Vietnam. Sekali masuk ratusan ton. Lalu mereka oplos dengan beras premium, kemudian dipasarkan. Begitu modusnya," ungkap As, sumber BATAMTODAY.COM, yang menggeluti penjualan beras dan berbagai kebutuhan dapur lainnya di Kawasan Sagulung.
Berangkat dari penuturan sumber, BATAMTODAY.COM pelan-pelan melakukan penelusuran terkait kebenaran beras oplosan ini.
Baru-baru ini, didapat informasi bahwasanya beras oplosan ini diproduksi di Komplek IPP, Kecamatan Lubuk Baja, Kota Batam. Di sana, sedikitnya ada 15 orang dari luar daerah yang dipekerjakan pengusaha culas itu.
Saban harinya, belasan karyawan itu mengerjakan pengoplosan beras, mulai dari pencampuran beras impor kulaitas buruk (asal Thailand dan Vietnam) dengan beras premium kualitas bagus hingga pengemasan untuk kemudian disusupkan ke pasar di Kota Batam.
Proses produksi yang dilakukan di lokasi itu, sudah tergolong modern, semua menggunakan mesin. "Per minggu 2-3 kali kontainer 40 fit yang masuk ke gudang produksi itu. Di dalam ada mesin produksi," ungkap sumber yang mengaku pernah menguntit pergerakan kontainer berisi beras itu dari salah satu pelabuhan di Sekupang hingga ke Komplek IIP di Kecamatan Lubuk Baja.
Dikatakan sumber yang meminta namanya untuk tidak dipublikasi, awalnya melihat aktivitas pembongkaran barang balpres di salah satu pelabuhan daerah Sekupang. Tak lama setelah itu, sumber melihat puluhan karung beras dimuat ke dalam kontainer yang kemudian dibawa hingga ke tempat produksi di Komplek IIP.
Untuk bisa masuk ke Komplek IIP, kata sumber, perlu trik dan cara tersendiri, karena kawasan tersebut begitu tertutup bagi umum.
"Hanya orang 'tertentu' yang bisa masuk komplek tersebut. Saat itu saya iseng saja ngikutinya, dan tak terendus sama mereka. Rupanya dibawa ke komplek itu. Tetapi yang saya heran kenapa aman-aman saja, apakah kegiatan seperti ini dibenarkan secara hukum?" tanya sumber. (Bersambung)
Editor: Surya