BATAMTODAY.COM, Batam - Raibnya uang Kwan Wie Cun, salah satu pengusaha di Batam, yang ditabung di tiga bank berbeda, Bank UOB, Panin Bank dan BPR Data Utama, masih menjadi tanda tanya dan dalam proses Polda Kepri. Hanya saja, ketiga bank tersebut masih enggan menanggapi dan belum memberikan keterangan ketika wartawan mendatangi kantor masing-masing bank bersangkutan.
Alasan ketiga bank hampir sama. Saat didatangi, para petugas keamanan bank selalu beralasan atasannya sedang berada di luar. Saat mendatangi Bank BPR Dana Utama, Jumat (27/6/2014) siang misalnya, rombongan wartawan langsung dicegat oleh salah satu sekuriti dan menanyakan maksud kedatangan ke bank tersebut.
Setelah dijelaskan ingin meminta konfirmasi terkait utang salah satu nasabahnya yang mengagunkan rumah senilai Rp1,2 miliar tak kunjung lunas meski sudah dilunasi dan ada penarikan di atas Rp20 juta dalam dua hari sekali, sekuriti langsung mengatakan pimpinan sedang berada di luar.
Bahkan, wartawan juga ditegur sekuriti saat mengambil foto bank yang berada di belakang DC Mall, Jodoh, tersebut. Karena tidak mendapat jawaban, wartawan kemudian mendatangi kantor pusat Bank UOB yang berada di sebelah Bank Mega, Nagoya, dengan niat yang sama, meminta konfirmasi adanya indikasi kerja sama antara karyawan perusahaan milik Kwan dengan oknum bank yang mengakibatkan tabungan perusahaan bocor.
Pihak customer service di Bank UOB tersebut kemudian mengarahkan agar bertemu Rudi, Sub Branch Manager UOB Cabang Pembantu di Wilayah Pinuin, karena Kwan menabung dengan nama perusahaan, PT Syntech Asia, di UOB Cabang tersebut setelah dilakukan pengecekan.
Sesampai di kantor cabang pembantu UOB di daerah Pinuin, usaha wartawan meminta konfirmasi juga tidak membuahkan hasil. Rudi, Sub Branch Manager UOB itu juga mengaku tidak berada di tempat setelah salah satu pegawai memfasilitasi wartawan berbicara dengan Rudi melalui telepon kantor.
Rudi sendiri mengaku tidak bisa memberi tanggapan apa-apa karena harus melalui persetujuan pimpinan. "Saya belum bisa memberikan tanggapan. Lebih baik langsung ke pimpinan," kilah Rudi singkat melalui telepon.
Sementara di kantor cabang Panin Bank yang berada di kompleks ruko kawasan Nagoya, tempat di mana Kwan menabung dengan nama perusahaan PT JD Metal dan Enginering, awalnya juga beralasan pimpinannya sedang berada di luar. Setelah itu, mereka baru mengarahkan untuk langsung ke kantor pusat Panin Bank di Batam yang berada di depan Nagoya Hill.
"Pimpinan lagi nggak ada di tempat. Kalau masalah seperti itu sebaiknya langsung ke kantor pusat Pajin Bank saja, karena setiap permasalahan yang ada langsung ditangani pusat," kata Hendri, salah satu marketing di kantor cabang Panin Bank tersebut.
Begitu kantor pusat Panin Bank di Batam didatangi, salah satu sekuriti mengarahkan untuk langsung bertemu dengan pihak legal Panin Bank. Hanya saja, pihak legal tersebut juga tidak berada di tempat.
"Kalau ada masalah seperti ini, langsung ke bagian legal. Tapi sekarang tidak berada di tempat. Saran saya, kalau bisa datang pagi atau sore pas bank mau tutup," kata salah satu sekuriti tersebut menjelaskan.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, bank bukanlah tempat yang aman untuk menyimpan uang. Setidaknya begitulah pemikiran Kwan Wie Cun, seorang pengusaha di Batam, saat ini.
Saldo di rekening perusahaannya terus-terusan 'bocor' hingga Rp2,5 miliar tanpa sepengetahuannya. Pihak Polda Kepri yang sudah dilapori tujuh bulan lalu, hingga kini tak jelas prosesnya.
Kepada wartawan, Kwan mengaku tabungan perusahaan disimpan di tiga bank, yakni bank UOB, BPR Dana Utama, serta Panin Bank. Dia menduga, 'kebocoran' rekening perusahaan itu dilakukan oleh tiga karyawannya yang bersekongkol dengan pihak bank untuk menerbitkan cek serta bukti pengambilan dan pengiriman uang yang palsu.
Ia menduga kuat, orang dalam perusahaannya yang melakukan adalah Andi Susanto, selaku manajer; Suriyani, acounting dan Ri San sebagai pengawasan ekspedisi, serta Fendi Wong yang bersekongkol dengan petugas bank.
Kwan mengaku tak asal menuduh, karena memiliki bukti-bukti kuat atas keterlibatan para karyawannya itu. Beragam kejanggalan ia temukan mulai dari tanda setoran, cek dan bukti pembayaran palsu yang berbeda dengan hasil print out rekening koran pada buku tabungan perusahaan.
Selain itu, saat ia memeriksa tabungannya di tiga bank tersebut, banyak modus yang dilakukan pihak bank dengan beragam alasan ketiga ia menanyakan hilangnya miliaran rupiah dalam rekening perusahaannya itu. (*)
Editor: Roelan