BATAMTODAY.COM, Batam - Proyek Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)
bekerja sama dengan Otorita Batam yang sekarang berganti nama dengan
Badan Pengusahaan (BP) Batam pada tahun 2006 untuk membangun rumah
sangat sederhana dengan harga terjangkau di Dapur 12 Sagulung, dituding
hanya akal-akalan saja.
Terbukti dari rencana Kemenpera membangun 3.000 unit rumah dengan tipe 27/60 dan tipe 21/60, hanya mampu membangun enam blok dengan jumlah 85 unit saja. Ke-85 unit rumah yang terbangun inipun, bukan tidak mendapatkan masalah sehingga puluhan warga yang menempati rumah tersebut mengeluhkan minimnya fasilitas perumahan dan banyaknya intimidasi yang mereka terima dari oknum yang ditunjuk dan dipercaya oleh BP Batam untuk memintai sejumlah uang ke penghuni perumahan tersebut.
Rosenda Hutasoit, salah satu warga yang tinggal di blok D perumahan itu mengatakan awalnya pada tahun 2008 lalu, dia menyetorkan uang sejumlah Rp3,5 juta ke rekening BTN atas nama Muliasih. Belakangan, diketahui pemilik rekening itu ternyata adalah istri Rustam Effendi, pihak yang dipercaya BP Batam.
Setelah uang disetorkan, ibu anak satu ini kemudian menanyakan kelanjutan KPR-nya, namun hingga saat ini tak kunjung berlangsung akad kreditnya. Malah Rustam, oknum yang dipercaya BP Batam tersebut, meminta tambahan Rp10 juta untuk biaya kepengurusan surat-surat dan membiayai penyediaan fasilitas, seperti air dan listrik.
Rosenda beserta puluhan warga lainya yang terlanjur membeli rumah tersebut yang ditemui di depan rumahnya sangat berharap, pemerintah dapat membantu mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Terlebih sampai saat ini fasilitas pendukung seperti listrik dan air, mereka dapat mendapatkannya dengan membayar yang tidak sewajarnya.
"Air kami harus bayar tigaratus ribu per KK, karena satu meteran dibagi 15 KK lainnya, belum lagi PLN, jadi tolonglah pak, kami ini harus bagaimana?," katanya.
Dari informasi yang dihimpun BATAMTODAY.COM, Rustam, pengelola koperasi yang ditunjuk oleh BP Batam hingga saat ini sering dihubungi oleh warga, namun dengan cetusnya menjawab, "Bayarkan dulu sepuluh juta, biar meteran PLN dan ATB disambung" tiru ibu ibu itu serempak.
Bukan hanya itu, harga rumah dari semula Rp18 juta kini menjadi Rp48 juta yang dianggap warga sebagai penipuan.
Dari kop surat yang dilayangkan Rustam sebagai Manager Officer ke warga, bertuliskan "Tim Operasional RSSH KSB - Dapur 12 Batuaji Batam", dia beberapa kali menyuruh warga untuk KPR di Bank BTN, serta isi surat yang menyuruh warga, agar mengosongkan rumah tersebut secepatnya.
Hal itu ditanggapi oleh Buha Wanton Hutasoit, yang juga sebagai sesepuh di Dapur 12 sebagai tindakan premanisme, dan arogan. " Developer atau pengembang, seharusnya memberikan fasilitas kepada konsumennya, jangan mengusir kayak bukan manusia," ujarnya.
Buha mempertanyakan ada kepentingan apa sebenarnya di proyek pemerintah yang terbengkalai ini. "Saya yakin ada sesuatu yang tidak beres disini, yang melibatkan oknum di pemerintahan," katanya.
Editor: Dodo