BATAMTODAY.COM, Jakarta - Salah satu upaya memperkuat sistem layanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, Kolegium Kebidanan bersama Konsil Kesehatan Indonesia (KKI) resmi meluncurkan Kerangka Pengembangan Kurikulum Pendidikan Kebidanan Indonesia. Peluncuran yang berlangsung di Jakarta ini juga didukung oleh mitra internasional seperti UNFPA dan Kedutaan Besar Kanada.
Ketua KKI, drg Arianti Anaya, menyebut peluncuran ini sebagai tonggak penting dalam reformasi pendidikan kebidanan di Tanah Air. Menurutnya, kurikulum yang kuat akan mencetak bidan yang tidak hanya kompeten secara klinis, tetapi juga andal dalam komunikasi dan kolaborasi lintas sektor.
"Bidan harus menjadi ujung tombak transformasi layanan primer, terutama dalam menekan angka kematian ibu dan bayi baru lahir yang masih tinggi," tegas drg Arianti, demikian dikutip laman Kemenkes.
Ia menekankan kurikulum bukan sekadar dokumen tetap, melainkan kerangka dinamis yang harus terus diperbarui seiring perubahan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan. "Kurikulum itu tidak boleh kaku. Harus terus dikaji, disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan dan perkembangan teknologi," tambahnya.
Sebagai badan regulator, KKI memiliki mandat untuk menjamin mutu tenaga kesehatan sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023. Dalam proses ini, Kolegium Kebidanan menjadi motor utama penyusunan kurikulum berdasarkan standar global yang kini resmi diluncurkan.
"Kami ingin kolaborasi ini terus berlanjut karena reformasi sistem tidak bisa dilakukan secara instan," ujar drg Arianti.
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, yang hadir dalam acara tersebut, menyatakan dukungan penuh terhadap inisiatif ini. Ia menilai penguatan pendidikan kebidanan sebagai bagian dari strategi nasional dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
"Kalau kita ingin profesi bidan lebih kuat, semua sistem pendukungnya juga harus solid dan berbasis data," kata Menkes Budi.
Ia merinci empat fokus utama penguatan peran bidan yang harus diintegrasikan dalam kurikulum baru, yakni:
- Tertib Entri Data
Bidan perlu mencatat seluruh proses persalinan melalui sistem Satu Sehat agar data dapat dimanfaatkan secara maksimal dan adil. - Peningkatan Kompetensi
Kurikulum harus mengikuti standar internasional agar lulusan siap menghadapi kompleksitas dunia nyata. - Rujukan Cepat dan Tepat
Bidan harus mampu mendeteksi risiko tinggi dan segera merujuk pasien ke fasilitas yang memadai. - Perluasan Peran Bidan
Peran bidan diperluas dari pra-kehamilan hingga pemantauan tumbuh kembang anak.
"Bidan jangan hanya hadir saat persalinan. Mereka harus mendampingi sejak sebelum kehamilan hingga anak tumbuh optimal," ujar Budi.
Kolegium Kebidanan berharap kurikulum ini tidak hanya memperkuat kompetensi teknis, tetapi juga membentuk bidan yang memiliki nilai etika, kemampuan komunikasi, serta adaptif terhadap perubahan.
Kegiatan diseminasi kurikulum ini juga dibuka sebagai forum masukan dari akademisi, tenaga kesehatan, dan organisasi profesi. Tujuannya agar kurikulum terus berkembang dan menjawab tantangan di lapangan.
"Saya harap forum ini dapat menghasilkan kurikulum yang benar-benar berdampak nyata bagi sistem layanan kesehatan kita," pungkas drg Arianti.
Editor: Gokli