BATAMTODAY.COM, Jakarta - Di tengah kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Turki, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mewakili Kepala Negara memberikan sambutan utama dalam pertemuan Turkiye-Indonesia CEO Roundtable Meeting yang digelar di Ankara dan Antalya, Turki.
Pertemuan yang merupakan inisiatif kerja sama antara KADIN Indonesia dan The Foreign Economic Relations Board of Turkey (DEIK) ini menghadirkan lebih dari 50 pemimpin bisnis dari kedua negara. Para pelaku usaha tersebut berasal dari sektor strategis seperti pertahanan, teknologi, konstruksi, energi, manufaktur, kesehatan, pendidikan vokasi, dan pengembangan SDM.
Dalam sambutannya, Menko Airlangga menegaskan pentingnya memperkuat kemitraan ekonomi Indonesia-Turki di tengah tantangan global, termasuk meningkatnya proteksionisme oleh negara-negara besar seperti Amerika Serikat.
"Indonesia dan Turki memiliki potensi besar dan fundamental ekonomi yang kuat. Dalam situasi global yang tidak pasti, kemitraan ekonomi strategis perlu terus dikembangkan," ujar Airlangga, demikian dikutip laman Kemenko Perekonomian, Jumat (11/4/2025).
Tahun 2025 menjadi momentum penting karena menandai 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Turki. Presiden Prabowo dan Presiden Erdogan menargetkan peningkatan nilai perdagangan bilateral dari USD2,4 miliar pada 2024 menjadi USD10 miliar dalam beberapa tahun ke depan. Untuk mencapai target tersebut, kedua negara menekankan pentingnya percepatan perundingan dan implementasi limited preferential trade agreement (LPTA).
Deputi Menteri Perdagangan Turki, Ozgur Volkan Agar, menyebut Indonesia sebagai mitra utama dan hub strategis di kawasan ASEAN. Ia menekankan pentingnya penyelesaian LPTA sejalan dengan kesepakatan kedua kepala negara. Turki juga berharap perjanjian ini dapat mempercepat pembukaan akses produk utama tanpa hambatan tarif maupun non-tarif.
Dari sisi Indonesia, Turki dinilai potensial sebagai pintu masuk ke pasar Eropa dan mendukung upaya percepatan perundingan Indonesia-European Union CEPA.
Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki, Ibrahim Yukmali, menambahkan bahwa kedua negara memiliki peluang besar dalam pertukaran produk pertanian dan kehutanan. Produk Indonesia dinilai mampu menjadi bahan baku penting bagi industri makanan dan kerajinan di Turki, sementara pasar Indonesia terbuka bagi hasil pertanian Turki.
"Kebijakan proteksionisme yang dilakukan sejumlah negara justru menghambat pertumbuhan ekonomi global. Indonesia dan Turki harus menjawab tantangan ini dengan memperkuat kemitraan," jelas Yukmali.
Turut hadir mendampingi Menko Airlangga dalam forum tersebut, antara lain Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Dubes RI untuk Turki Achmad Rizal Purnama, Dirjen Amerika dan Eropa Kemenlu Umar Hadi, serta Ketua Umum KADIN Indonesia Anindya Bakrie.
Editor: Gokli