BATAMTODAY.COM, Jakarta-Rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) 12 persen yang mulai diberlakukan pada 1 Januari 2025, diprediksi tidak mengganggu dan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, daya beli dan ekspor Indonesia.
Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) memperkirakan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh stabil pada 2025 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 5,2 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan proyeksi pertumbuhan 5,1 persen pada 2024.
Dalam 2024 Trade and Development Report disebutkan, konsumsi rumah tangga akan tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Stabilnya daya beli masyarakat didukung oleh prospek pelonggaran suku bunga yang menurunkan biaya pinjaman dan mendorong aktivitas ekonomi.
Belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur besar dan program bantuan sosial juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan.
Program pembangunan yang berfokus pada transportasi, energi, dan digitalisasi diprediksi akan mendorong investasi dan menciptakan lapangan kerja baru.
"Sektor ekspor, terutama logam dasar seperti nikel, diharapkan terus mendukung perekonomian. Permintaan global terhadap nikel, yang menjadi bahan utama untuk baterai kendaraan listrik, tetap tinggi," seperti tertulis dalam laporan tersebut, dikutip Kamis (26/12/2024).
Selain itu, pariwisata yang menunjukkan pemulihan signifikan pasca-pandemi, didukung peningkatan wisatawan dari Asia, akan memperkuat sektor jasa dan pendapatan negara.
UNCTAD juga mencatat tantangan dari sisi moneter, terutama dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Meskipun pelonggaran kebijakan moneter global dapat memberikan ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga, risiko tekanan eksternal masih ada, termasuk dari arus modal keluar dan volatilitas pasar global.
Dengan kombinasi kebijakan fiskal yang proaktif, stabilitas moneter, dan momentum investasi, Indonesia memiliki peluang besar untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada 2025.
Namun, pemerintah tetap perlu waspada terhadap ketidakpastian global, seperti fluktuasi harga komoditas dan potensi perlambatan ekonomi di mitra dagang utama.
Editor: Surya