logo batamtoday
Sabtu, 26 April 2025
BATAM TODAY


Menghadirkan Kembali Achijat, Sosok Misterius di Balik Tewasnya Jenderal Malabi
Sabtu, 30-04-2022 | 12:40 WIB | Penulis: Saibansah
 
Pertunjukan Teatrikal Perjuangan dengan lakon 'Alap- Alap Simokerto Dari Sektor Timur' yang dipersembahkan oleh Front Kolosal Soerabaja. (Foto: Ist)  

BANYAK pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan hidup seorang Mochammad Achijat, sosok misterius di balik tewasnya Jenderal Malabi di Jembatan Merah Surabaya.

Untuk itulah, Front Kolosal Soerabaja (FKS) 'menghadirkan' kembali sosok Mochammad Achijat dalam sebuah pertunjukan teatrikal perjuangan dengan lakon 'Alap- Alap Simokerto dari Sektor Timur', Jumat (29/4/2022).

Lalu, pelajaran apa yang bisa dipetik generasi muda dari teatrikal yang dibalut dengan ludruk, tradisi khas Jawa Timuran tersebut? Berikut penuturan putra 'sang alap-alap Simokerto', Akbar Achijat, kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Sejarah perjalanan bangsa ini sudah berkali-kali membuktikan, betapa peran pemuda begitu penting. Termasuk, dalam menentukan arah perjuangan dan nasib bangsa Indonesia. Dan ini pulalah yang terjadi pada perjalanan hidup Letnan Mochammad Achijat.

Semua itu bermula saat Achijat masih berusia 17 tahun. Usia yang hari ini dilabeli dengan usia gula-gula, manis, sweet seventeen. Tapi, justru di usia manis itulah, Achijat bergabung dengan Laskar Hizbullah. Sebuah organisasi perjuangan umat Islam di Jawa Timur yang bergerak serentak setelah Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari mengeluarkan 'Resolusi Jihad' melawan penjajah.

BACA JUGA: Spirit Perjuangan Sang Alap-alap Simokerto Hadir Kembali di Tugu Pahlawan Surabaya

Tak sekadar bergabung dengan Laskar Hizbullah, di usianya yang masih belia itu, Achijat didapuk menjadi Kepala Seksi IV yang membawahi wilayah Surabaya Timur yang berkedudukan di daerah Sidotopo dan sekitarnya.

Sungguh, gelora arek-arek Surabaya yang masih berusia muda itu, begitu menggelak saat itu. Mereka bergerak berjuang bersama para ulama. Maka, pada akhir bulan September 1945, hampir semua markas tentara Jepang di penjuru Surabaya telah 'rata' diserbu arek-arek Surabaya. Termasuk, pasukan yang dipimpin oleh 'sang alap-alap Simokerto', Akbar Achijat.

Sekilas, pergerakan anak-anak muda yang dipimpin Letnan Achijat itu terbilang nekat, bahkan bonek, bondo nekat. Bagaimana tidak, menyerang markas tentara hanya dengan senjata bambu runcing dan teriakan takbir.

Tapi, sejak peristiwa penyerbuan markas tentara yang terbilang nekat di Blauran Surabaya itulah, maka anak-anak muda yang dipimpin Achijat pun dijuluki masyarakat sebagai 'pasukan alap-alap'. Bergerak cepat, serang, lalu menghilang, hit and run.

Setelah operasi penyerbuan kilat 'pasukan alap-alap', lalu Polisi Istimewa pimpinan Inspektur Satu M. Jasin, memerintahkan kepada para tentara Jepang yang telah kalah perang untuk menyerahkan seluruh persenjataannya.

Demikianlah, penggalan lakon 'Alap-Alap Simokerto dari Sektor Timur' yang dimainkan oleh para seniman Front Kolosal Soerabaja di lapangan Tugu Pahlawan Surabaya, Jumat (29/4/2022) sambil ngabuburit.

Sejarah membuktikan, Achijat, arek Suroboyo asal Simokerto ini berperan penting dalam berbagai peristiwa yang terjadi di Surabaya tahun 1945. Mulai dari insiden perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, insiden gedung Internatio, hingga peristiwa tewasnya Jenderal Malabi. Peristiwa tragis yang memicu kemarahan Inggris dan menjadi pemantik peristiwa perang besar 10 November 1945 di Surabaya.

BACA JUGA: Membaca Achijat di Singapura

Tidak hanya cerita dan kisah dari anak-anak Letnan Achijat saja, namun ada dokumentasi keluarga yang menunjukkan keterlibatan Achijat dalam perobekan peristiwa bendera di Jalan Tunjungan itu.

"Terima kasih tak terhingga untuk arek-arek Suroboyo yang tergabung dalam Front Kolosal Soerabaja pimpinan Cak Robets Bayoned, yang ngabuburit atau menunggu beduk sholat maghrib dengan sebuah acara teatrikal dan diskusi, di tempat-tempat yang bernuansa heroik, di Surabaya, dengan mengambil tema perjuangan ayahanda kami, 'Achijat, Alap-alap Simokerto," ujar Akbar Achijat.

Pertunjukan drama dengan latar belakang peristiwa 10 November 1945 kali ini berbeda dengan pertunjukan drama kolosal sebelumnya. Pertunjukan teatrikal perjuangan garapan FKS ini lebih menceritakan rentetan cerita dari sang tokoh yaitu Letnan Achijat dari usia muda hingga sampai pada peristiwa 10 November 1945.

Garapan Robets Bayoned ini bukan sekedar menunjukkan pertunjukan pertempuran namun juga menampilkan kehidupan rakyat saat itu.

Drama kolosal yang dipadukan dengan gaya ludrukan ini, menjadikan pertunjukan lebih fresh sebagai hiburan dan edukasi masyarakat.

Robets Bayoned sebagai penulis naskah dan sutradara memilih cerita ini karena dianggap cerita sosok Letnan Achijat itu sangat istimewa.

"Cerita ini sangat inspiratif, sepak terjang Letnan Achijat dari muda hingga adanya 'pasukan alap-alap' menjadi inspirasi, penggugah semangat generasi muda," ujar Robets.

Bahkan, lanjut Robert, meskikan cerita ini sudah beberapa kali disajikan dalam bentuk drama kolosal dan pertunjukan Ludruk Luntas Indonesia, tapi tetap saja menarik dan menginspirasi.

Sosok misterius di balik tewasnya Jendral Malabi ini dianggap penting keterlibatannya. Beberapa versi dari peristiwa ini pun masih menjadi tanda tanya, namun nama Achijat jelas-jelas ada dalam peristiwa itu.

Seperti yang disampaikan Jenderal Polisi M. Yasin pada sebuah surat kabar, Achijat berada di samping mobil Jenderal Malabi lalu berlari ke arah Jembatan Merah untuk bersembunyi, sebelum mobil tersebut meledak.

"Sungguh benar-benar super hero Letnan Achijat ini, keberaniannya luar biasa," tegas Robert lagi. Apalagi menurut cerita anak-anaknya Mochammad Achijat tidak pernah berharap apapun dari apa yang sudah diberikan untuk bangsa ini.

Seperti halnya mereka yang saat itu meributkan soal pemberian gelar pahlawan. Namun bagi Robets Bayoned, Letnan Achijat sangat pantas mendapatkan gelar Pahlawan Nasional.

Pertunjukan Minggu pagi itu dihadiri langsung oleh putra dan cucu dari Letnan Achijat yang juga memamerkan dokumen foto Letnan Achijat yang belum pernah dipublikasikan.

Dengan jelas dokumen photo-photo itu menunjukkan perjuangan Letnan Achijat saat itu. Juga ada foto Achijat dengan tokoh-tokoh hebat pejuang yang tidak bisa ditampik kehebatannya.

Pertunjukan Teatrikal Perjuangan berdurasi 30 menit ini sangat memukau penonton, karena bukan hanya mempertontonkan sikap heroik arek-arek Suroboyo, namun ada adegan guyonan arek Suroboyo yang membuat penonton terpingkal.

Seusai menonton lakon ini, masyarakat masih haus dengan pertunjukan menginspirasi lainnya dari FKS. Semoga FKS bisa memberikan pertunjukan yang lebih baik, yang bisa menjadi edukasi sekaligus hiburan untuk masyarakat.

Ditunggu!

Editor: Dardani

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2025 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit