BATAMTODAY.COM, Jakarta-Senator Djasarmen Purba menilai pemerintah pusat terlihat tidak serius dalam hal pembangunan pelabuhan Tanjung Sauh Batam.
Padahal Pelabuhan Tanjung Sauh bisa menjadi salah satu pelabuhan yang terbesar dan termodern di Asia Tenggara menyaingi Port Klang di Malaysia dan PSA Singapore.
"Batam yang berada kawasan segitiga Selat Malaka sesungguhnya memiliki potensi yang jauh lebih besar sebagai pelabuhan alternatif untuk trans-shipment untuk alih angkut atau angkut lanjut," kata Djasarmen di Jakarta.
Dalam laporan kegiatan di daerah pemilihan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pada 30 Oktober-15 Nopember 2015 lalu, kata Djasarmen, Batam juga memiliki faktor dukungan feeder port dari daerah lain seperti dari Dumai, Bengkulu dan Jambi yang lebih dekat jaraknnya ke Batam.
"Dengan dibangunnya Pelabuhan Tanjung Sauh dapat meningkatkan roda perekonomian di Provinsi Kepulauan Riau khsuusnya Kota Batam," katanya.
Sebab saat ini, keberadaan Pelabuhan Batu Ampar sebagai pelabuhan utama di Batam mengalami beberapa kendala geografis dan fisik seperti kedalaman dan lebar laut agar memiliki kapasistas yang lebih besar dibanding dengan kapasistas yang ada saat ini
"Kapasitas Pelabuhan Batu Ampar saat ini baru mencapai 600ribu Twenty Foot Equivalent Unit (TEUs) per tahun," katanya.
Sebagai kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas, lanjutnya, idealnya Batam memiliki pelabuhan laut (Port) dengan kapasistas minimal 4 juta TEUs pertahun.
Hal ini bertujuan untuk mengambil peluang arus lalu lintas pengiriman barang diselat Melaka yang mencapai lebih dari 45 juta TEUs pertahun.
"Saat ini pasar terbesar masih digarap oleh Singapore (24 Juta TEUs) dan Malaysia (14 Juta Teus)," kata Anggota Komite II DPD RI asal Kepri ini.
Selain itu, Pelabuhan Laut Batam juga harus meningkatkan direct Connection port ke berbagai Negara di dunia. Sementara pelabuhan Batam saat ini hanya memiliki direct connecting ke Negara-negara ASEAN.
"Bandingkan dengan Singapura yang sudah mampu memiliki direct connecting ke 123 negara, untuk berbagai kegiatan mulai dari kegiatan loading dan unloading atau sekedar labuh jangkar semata," katanya.
Peningkatan kapasitas ini menurut Djasarmen, memungkinkan segala jenis armada kapal laut dapat secara langsung long-side dan bongkar muat di pelabuhan Batam, mulai dari kategori feeder vessel, mother vessel, VL Vessel hingga UL vessel.
Dalam kurun waktu dekat ini, diharapkan minimal pelabuhan Batam sudah disinggahi mother vessel yang mampu mengangkut 3000-4000 TEUs.
Saat ini kapal-kapal yang masuk baru kategori feeder vessel dengan kapasitas 1000-1500 TEUs.
Sementara PSA Singapore setiap harinya sudah disandari hingga kategori UL vessel yang mampu mengangkut 8000-10000 TEUs per shipping.
Pengembangan pelabuhan Batam ini diharapkan dapat meningkatkan volume perdagangan dan pangsa pasar industri logistik di Batam yang dicanangkan sebagai Hub warehouse material dunia untuk mendukung industri konstruksi galangan dan migas.
"Untuk itu maka pengembangan kawasan Pelabuhan Laut (Sea Port) Tanjung Sauh sesegera mungkin direalisasikan hingga final dan beroperasi menjadi salah satu pelabuhan raksasa dan modern dikawasan Asia tenggara," tegas Wakil Ketua PPUU DPD RI ini.
Editor : Surya