BATAMTODAY.COM, Batam - Hujan deras yang mengguyur Kota Batam selama 10 hingga 15 menit pada Senin pagi (14/10/2024), membuat kota yang dikenal sebagai kota baru dan modern ini dikepung banjir di berbagai titik.
Kemacetan dan kendaraan mogok menjadi pemandangan umum di sejumlah ruas jalan, menambah kekesalan warga yang terjebak dalam banjir.
Yanto, seorang pengendara motor, mengungkapkan kekesalannya saat harus memperbaiki busi motornya yang mati akibat terendam air. "Percuma jalan dilebarkan, hujan sebentar saja sudah banjir di mana-mana. Ini katanya kota modern, tapi setiap kali hujan kita selalu banjir, padahal Batam dikelilingi laut," ujarnya geram.
Tidak sedikit kendaraan yang terjebak banjir, memaksa pemiliknya mengeluarkan biaya tambahan untuk perbaikan. Di sejumlah ruas jalan, kendaraan derek terlihat sibuk menarik mobil-mobil yang mogok.
Sekolah Mondial, sebuah sekolah swasta di Batam Center, juga tidak luput dari genangan air. Banjir di area sekolah yang terletak dekat Pantai Ocarina itu belum surut hingga pukul 11.40 WIB. Para orang tua terpaksa berjalan kaki sambil menggendong anak-anak mereka saat pulang sekolah.
"Kami heran, sekolah ini di tepi laut, tapi banjirnya parah. Ini jelas masalah drainase yang tidak beres," kata salah seorang orang tua siswa.
Menanggapi situasi banjir yang melanda kota, Pejabat Sementara (Pjs) Wali Kota Batam, Andi Agung, langsung turun ke lapangan untuk memantau kondisi di beberapa titik. "Saya berkeliling dari Batam Center, ke Simpang Kepri Mall, hingga ke GOR Temenggung. Di Kepri Mall, airnya memang sangat tinggi," ujarnya melalui sambungan telepon.
Andi Agung mengungkapkan bahwa pihaknya telah menghubungi Dinas Bina Marga Kota Batam untuk segera melakukan tindakan penanganan awal. Salah satu langkah yang diambil adalah normalisasi saluran air melalui pengerukan drainase.
"Saya sudah minta Bina Marga untuk bergerak cepat. Normalisasi saluran air adalah langkah pertama yang harus dilakukan," tegasnya.
Ke depan, Andi menekankan pentingnya perbaikan sistem drainase di Batam sebagai upaya jangka panjang. Namun, ia menyadari bahwa proyek ini membutuhkan anggaran yang besar dan proses birokrasi yang panjang.
"Untuk peremajaan atau pembangunan drainase, tentu kita butuh anggaran dan harus melalui beberapa mekanisme. Namun, saat ini, yang bisa kita lakukan adalah normalisasi," kata Andi Agung.
Banjir yang terus berulang ini menjadi catatan penting bagi pemerintah kota untuk segera menemukan solusi yang lebih permanen dalam penanganan masalah drainase di Batam.
Editor: Gokli