Oleh Dahlan Iskan
"DIA terlalu hitam untuk mewakili sosok wanita India masa kini".
Tidak hanya satu-dua orang yang berkomentar begitu. Bacalah sendiri di Times of India: tidak banyak yang memuji tampilan istri calon wakil presiden pasangan Capres Donald Trump itu.
Oleh Dahlan Iskan
Cawapres Donald Trump JD Vance dan istrinya Usha Chilukuri. (Foto: Disway.id)
"DIA terlalu hitam untuk mewakili sosok wanita India masa kini".
Tidak hanya satu-dua orang yang berkomentar begitu. Bacalah sendiri di Times of India: tidak banyak yang memuji tampilan istri calon wakil presiden pasangan Capres Donald Trump itu.
Nama wanita itu Anda sudah tahu: Usha Chilukuri. Dia istri JD Vance, lelaki Ohio yang baru saja dipilih Trump sebagai pasangannya.
Saya pun mencari video itu: ketika Usha tampil di konvensi Partai Republik di Milwaukee dua hari lalu.
Usha naik podium untuk memberi pengantar tampilnya sang suami -yang akan berpidato mengenai kesanggupannya sebagai calon wakil presiden Trump.
Semula saya menyangka Usha akan tampil seperti wanita di sekitar Trump pada umumnya: glamour, dengan make up sempurna dan sepatu hak tinggi yang lancip.
Usha ternyata beda. Dia seperti berdandan ala kadarnya. Bajunyi biru polos. Rambutnyi memang rapi tapi tidak ber-make up. Tidak ada goresan alis yang tajam seperti umumnya para wanita di sekitar Trump. Tidak pakai lipstick. Bibirnyi dibiarkan berwarna gelap. Tidak ada olesan apa pun di pipi.
Lihatlah pula sepatunyi. Haknya memang agak tinggi tapi besar dan bersegi. Lihat juga lehernyi: polos. Tidak ada kalung mutiara atau berlian. Pun tangannyi: polos tanpa gelang atau aksesori.
Ketika Usha berpidato rambutnyi dibiarkan menutupi mata kanannyi. Hanya sesekali rambut itu disibak tapi secepat itu pula kembali menutupi mata kanannyi.
Terlalu sedikit informasi tentang Usha. Termasuk dari India bagian mana orang tuanyi berasal.
Melihat sosoknyi yang tinggi dia mestinya berasal dari India tengah-utara. Tapi melihat gelap kulitnyi dia dari belahan selatan. Yang jelas ayah-ibunyi asli India. Mereka pindah ke Amerika tahun 1980-an -dikenal sebagai dekade India melawat ke barat.
Dalam pidato pengantar itu Usha bercerita dia bertemu dengan Vance di Yale University. Sama-sama kuliah di universitas papan atas Amerika itu.
"Awalnya kami hanya berteman," ujar Usha. Lantas saling jatuh cinta. Vance pun mau belajar masak masakan India dari calon mertua. Bahkan mau mengikuti gaya hidup Usha sebagai vegetarian.
Mereka pun menikah. Di negara bagian tetangga Ohio, Kentucky. Nikah secara Hindu.
Penampilan sederhana Usha itu terasa klop dengan identitas yang sedang dibangun sang suami: mewakili pemilih kaum buruh kulit putih kelas menengah Amerika. Ini untuk menutup ''kelemahan'' Trump yang hanya mewakili golongan orang kaya.
Vance memang berasal dari keluarga pekerja pabrik baja di Middletown di Ohio. Banyak industri baja di masa lalu di negara bagian Ohio dan sekitarnya.
Di kawasan ini memang dilewati sungai besar Mississippi -sungai terpanjang kedua di dunia. Sungai besar, di masa lalu, sangat penting bagi industri. Baik karena air bakunya maupun untuk lalu-lintas angkutannya.
Industri di kawasan itu hilang satu per satu. Kalah bersaing dengan produk Tiongkok. Ekonomi kawasan itu pun merosot. PHK terus-menerus terjadi.
Inilah kawasan yang paling terkena dampak industrialisasi di Tiongkok. Vance menjadi saksi hidup dari kemerosotan ekonomi selama puluhan tahun itu. Ia mengalaminya sendiri.
Kini tinggal satu pabrik baja di Middletown: AK Steel. AK singkatan dari Armco dan Kawasaki. Dari nama itu saja sudah menandakan bukan lagi sepenuhnya milik Amerika.
Vance dengan cerdas menyerang Joe Biden justru dari begitu lamanya Biden merajai dunia politik.
"Biden telah mengendalikan politik lebih panjang dari umur saya," ujar Vance yang kini berumur 39 tahun -cawapres termuda dalam sejarah Amerika.
Ia menyebut kemerosotan ekonomi itu terus terjadi di sepanjang masa Biden berada di politik.
Vance memang penulis yang andal. Ia pernah jadi wartawan di Iraq untuk media di Amerika. Itu karena Vance pernah dinas militer di Iraq saat ia aktif di Marinir.
Pengalaman hidup bersama kemerosotan ekonomi di kawasan Midwest itulah yang ditulis Vance dalam sebuah buku. Judulnya puitis: Hillbilly Elegy. Itu jadi salah satu buku terlaris di Amerika. Saking menariknya cerita di buku tersebut diangkat ke layar film.
Rasanya kini Trump dapat pasangan yang serba melengkapi. Termasuk dalam hal umur. Memang gaya pidatonya tidak sebagus tulisannya, tapi Vance telah jadi daya tarik baru di Pilpres Amerika.
"Kami punya tiga anak. Tapi Vance masih suami paling menarik seperti dulu. Masih sama," ujar Usha yang belajar sejarah tapi menjadi ahli hukum seperti sang suami.
"Ia masih laki-laki yang sama, kecuali jambangnya," ujar Usha.
Vance memang tampil lebih tua dari 39 tahun. Saya setuju: itu karena ia berkumis, berjenggot dan berjambang.*
Penulis adalah wartawan senior Indonesia