BATAMTODAY.COM, Bintan - Imam Masroni, guru honorer yang sempat dipecat dari SDN 002 Serikuala Lobam, Kabupaten Bintan, akhirnya kembali mengajar setelah dilakukan mediasi oleh Dinas Pendidikan.
Kabid PTK Dinas Pendidikan Bintan, Bagio, mengatakan Imam Masroni dan pihak sekolah sudah dimediasi. Hasilnya Masroni menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut.
"Dia bersedia kembali mengajar dan saat ini sedang mengikuti tes P3K," ujarnya saat dikonfirmasi BATAMTODAY.COM, Selasa (14/11/2023).
Selain itu, menurutnya, bendahara sekolah yang diduga memotong gaji dan salah mengimput data ijazah Masroni hingga berujung pemecatan akan mendapatkan sanksi dari Dinas Pendidikan.
"Kalau untuk bendahara sekolah tetap dikenakan sanksi oleh dinas, namun saat ini masih dalam proses," paparnya.
Sebelum sempat dipecat, Masroni sudah dua tahun mengajar di SDN 002 Serikuala Lobam. Ia pun mendapat honor mulai dari Rp 500 ribu/bulan di tahun pertama, dan Rp 1,250 ribu/bulan di tahun kedua. Meski upahnya tak banyak, namun Masroni mengaku tak pernah mengeluh dengan keadaan itu.
"Sampai di sini belum ada timbul masalah, meski memang ada yang janggal juga dengan gaji yang saya terima," kata Masroni di salah satu kedai kopi di Tanjunguban, Jumat (3/11/2023) lalu.
Gaji di tahun keduanya mengajar dibayarkan dengan sistem tranfer. Uang yang masuk ke rekeningnya sebanyak Rp 1,5 juta/bulan. "Kejanggalannya di sini, setelah uang masuk ke rekeningku Rp 1,5 juta, karena setiap bulannya aku disuruh kembalikan ke sekolah Rp 250 ribu. Sehingga gaji yang saya terima itu hanya Rp 1,250 ribu," kata dia.
Ia mengaku dasar pengembalian ke pihak sekolah atau potongan dari gajinya itu tak pernah dijelaskan. Hal itu tak dipermasalah Masroni dan berjalan hingga akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah itu.
"Menjadi persoalan saat ini, ketika SK diterbitkan Dinas Pendidikan per April 2023. Untuk input data dilakukan pihak sekolah pada Februari 2023," ujar dia.
Rencana terbitnya SK dari Disdik Bintan ini, menjadi titik puncak kesedihan yang dialami Masroni. Sebab, dari beberapa honorer di sekolah itu, hanya dia yang tidak mendapatkan SK. Alasannya waktu itu ada kesalahan input data dari pihak sekolah ke Disdik Bintan.
"Saat mau ambil SK, saya kebetulan tak bisa. Saya minta dititip ke teman. Tetapi ternyata, SK saya tidak ada, karena data saya yang masuk ke Disdik itu hanya seorang lulusan SD. Padahal saya lulusan Sarjana," ungkap dia.
Mengenai kesalahan input data itu, pihak sekolah berjanji akan memperbaiki. Hal ini lah yang membuat Masroni, kala itu masih bertahan dan tetap mengajar anak-anak didiknya.
"Ironisnya lagi selain data ijazah dibuat lulusan SD, saya juga tak dilaporkan seorang tenaga pendidik atau guru di sekolah, hanya seorang yang membidangi kategori lainnya. Padahal saya selama di sekolah itu menjadi guru dan mengajar," beber dia.
Editor: Yudha