BATAMTODAY.COM, Istambul - Salah satu upaya pemerintah Turki untuk menyelamatkan nilai tukar mata uang Lira-nya yang anjlok hingga separuh dari awal tahun 2021, adalah dengan membuka akses wisatanya. Benar saja, saat ini sektor pariwisata Turki menjadi salah satu income terbesar untuk menyelamatkan ekonomi rakyatnya.
Keputusan membuka lockdown tersebut diikuti dengan membuka jalur penerbangan dan akses wisata darat. Kemudian, membuka tempat-tempat wisata tanpa harus menerapkan kewajiban karantina bagi para pendatang. Maka, sejak 1 Juni 2021 Turki menjadi tujuan menarik bagi para wisatawan mancanegara, termasuk dari Indonesia
Diantara wisatawan tersebut adalah pemilik usaha kuliner Misticanza Jakarta, Akbar dan keluarganya yang berangkat wisata ke Turki bersama dengan grup wisata Golden Rama, Minggu 2 Januari 2022 lalu. Dengan grup berjumlah 12 orang, Akbar bersama dengan istri dan ketiga putrinya pun selamat mendarat di Turki yang beda waktu 4 jam sebelum WIB.
"Semula kami akan berangkat dengan grup wisata lain yang berjumlah 20 orang, tapi bubar karena beberapa orang mengcancel keberangkatan setelah pemerintah mewajibkan karantina dari 3 hari menjadi 7 hari, 29 November 2021. Lalu naik lagi menjadi 10 hari tgl 23 Desember 2021," ujar Akbar kepada BATAMTODAY.COM, Minggu (16/1/2022).
Beruntung, saat rombongan wisata Akbar tengah melakukan perjalanan darat sejauh 2.500 kilometer melintasi setengah negeri Turki, pada 4 Januari 2022 lalu, pemerintahan Presiden Jokowi memutuskan untuk menurunkan lama waktu karantina bagi warga negara Indonesia yang kembali dari luar negeri. Dari sebelumnya 10 hari menjadi 7 hari. Alhamdulillah.
Akbar dan keluarga berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta menuju kota Istanbul via Singapore menaiki SQ 965. Tiba di Istanbul Airport matahari pagi sudah menebar sinarnya.
Seusai melalui proses PCR di Bandara Istanbul dan imigrasi, mereka pun mengunjungi Blue Mosque, sebuah landmark Istanbul yang dihiasi oleh keramik berwarna biru, masjid Hagia Sophia yang sangat terkenal itu, serta Hippodrome Square, yang menyisakan 2 monumen peninggalan Romawi dan Mesir.
Karena keterbatasan waktu, jadwal mengunjungi Topkapi Palace yang merupakan lambang kejayaan masa kesultanan Ottoman dan berisi beberapa peninggalan Rosulullah Muhammad SAW, pedang2 para Sahabat dan Jubah putrinya Fatimah, dilakukan di hari terakhir.
Kemudian, selepas santap siang mereka pun menuju Bursa, 152 km dari Istanbul, yang pernah menjadi ibukota Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1326 sampai 1365, untuk mengunjungi Kozahani Silk Bazaar, Green Mosque, masjid dengan ornamen batu turquise hijau yg mahal.
Di sana terdapat produk sutra yang terbaik di seluruh Turki, bahkan sebuah toko besar dinamai bahasa Indonesia, 'rumah sutra.' Lalu, mereka bermalam di Bursa.
Pagi harinya, mereka mengunjungi Gunung Uludag untuk melihat salju di atas gunung dengan cable car sebelum melanjutkan perjalanan ke Kusadasi sejauh 302 km. Dalam perjalanan singgah di Kota Tua Efesus yang dahulu merupakan ibukota propinsi jaman Romawi di Asia kecil untuk mengunjungi Libray of Celcius, The Grand Theatre, Hadrian Temple dan Marble street. Di tempat-tempat ini rasanya sudah berada di Romawi dan Yunani pada jamannya.
Akbar dan keluarga juga menuju Pamukkale, 188 km dari Kusadasi, reruntuhan kota kuno Hierapolis pada jaman Romawi. Di sini mereka melihat keajaiban alam Cotton Castle yang merupakan terasering yang terbuat dari hasil endapan aliran air belerang dan batu kapur yang membentuk kolam alami berundak-undak, dengan aliran air hangat belerang, dan Cleopatra'sPool, kolam renang nya Kleopatra ratu Mesir.
Esok harinya, usai sarapan di Pamukkale, mereka pun bergerak lagi menuju Cappadocia dan singgah di Konya untuk santap siang, lalu mengunjungi Sulthani Caravanserai yang merupakan hotel pertama di dunia, hotel para pedagang elit masa itu yang terletak di jalur sutra. "Kami menikmati keindahan Cappadocia dengan menggunakan Hot Air Ballon," ujar Akbar.
Jarak Pamukalle ke Cappadocia adalah jarak terjauh yaitu 663 km. Rupanya Cappadocia terkenal karena sinetron 'Layangan Putus' dengan kalimat populer 'it's my dream, not her.'
Satu lagi yang mengesankan adalah wisata dengan Jip safari, menyusuri jalan dan bukit-bukit Cappadocia bahkan ada beberapa rute yang meningkatkan hormon adrenalin, dan secara dekat berhenti di rumah-rumah batu ribuan tahun untuk berfoto dan ngopi, sensasi guncangan jalan batu yang naik turun dan bahkan kemiringan 45 derajat memberi kesan mendalam.
Salah satu destinasi wisata yang juga menarik di Turki yang dikunjungi Akbar dan keluarga adalah Underground City. Sebuah kota bawah tanah, Goreme Open -Air Museum yang terkenal serta melihat pemandangan di Pigeon Valley dan Uchisar Village.
Rupanya daerah ini dulunya adalah tempat larinya umat Nasrani di Romawi dan Yunani saat kaisarnya memusuhi penganut Nasrani. Sehingga mereka tinggal di gua-gua bawah tanah dan membuat gereja-gereja di bukit-bukit.
Di perjalanan pulang kami melewati Ibukota Turki Ankara, dan mengunjungi makam Bapak Turki yang dihormati, Mustofa Kemal Pasha Attaturk. Dan mampir di Danau garam Tuz Golu, keajaiban alam karena danau biasanya berair tawar. Garam dari danau ini dijual sebagai garam pengobatan alternatif berbagai macam penyakit.
Tak lupa, mereka juga menyusuri Selat Bosphorus dengan menaiki Bosphorus Cruise untuk melihat Istanbul dari kedua benua yaitu Benua Asia dan Benua Eropa. Turki yang terletak di dua benua memang sarat dengan peninggalan sejarah, bahkan pemukiman dan tempat ibadah pertama umat manusia ditemukan di Turki juga, yang ada sejak 10,000 tahun SM. Yaitu di Gobekli Tepe, yang dekat kerajaan Raja Namrud periode nabi Ibrahim di kota Sanliurfa.
"Sore hari kami mengunjungi Spice Bazaar yang merupakan bazaar tertua dan terbesar di dunia, ada lebih dari 3000 toko dan dikunjungi oleh 250.000 orang setiap hari," ungkap Akbar lagi. Dan Cihan mengajak kami makan di restoran Indonesia Bu Deden, dengan menu Indonesia setelah beberapa hari selalu dengan menu Turki.
Sungguh perjalanan wisata ke Turki kali ini menjadi pengalaman spesial bagi Akbar dan keluarganya. Karena di tengah gelombang pandemi yang belum hilang, Turki membuka diri untuk berwisata ke negerinya.
"Di masa pandemi ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan supaya tidak mengalami kendala. Siapkan, bukti sertifikat vaksin dua kali. Sebaiknya diprint dan disimpan, mengantisipasi bila ada kendala wifi saat membuka aplikasi Pedulilindungi," tutur Akbar menyampaikan sarannya.
Sebelum berangkat, PCR menjadi syarat mutlak. Kemudian, setelah landing di Istanbul juga akan dilakukan PCR ulang. Lalu, sehari sebelum keberangkatan ke tanah air, di Turki pun dilakukan PCR. Hasilnya akan diperiksa saat chek in di bandara.
"Setiba di Bandara Soetta, dilakukan PCR lagi, untuk menentukan di mana karantina akan dilakukan. Alhamdulillah, proses di Bandara Soetta cukup baik dan cepat, sehingga tidak menimbulkan antrian," tambah Akbar.
Terakhir, di akhir masa karantina, akan dilakukan PCR lagi. Sehingga total PCR yang dilakukan adalah 5 kali. Tiga kali PCR di Jakarta dan 2 kali di Turki. Dan menunggu hasil PCR selalu menjadi waktu yang mendebarkan, apalagi santer berita salah satu selebriti dan keluarganya yang hasil PCR nya Positif setiba di Bandara CGK dan langsung diisolasi.
"Selama di pesawat 12 jam, sebaiknya tetap menggunakan masker, kecuali saat makan dan minum. Begitu pun selama di Turki, cadangan masker harus cukup, dan tepat juga cara memakainya," tegasnya.
Syukurlah, penerapan prokes di Turki cukup baik, terutama saat makan secara prasmanan di hotel. Di beberapa tempat polisi akan menegur bila masker terlepas. Dengan begitu, semoga kita semua tetap dapat berwisata dan menjaga prokes demi kesehatan semua.
Editor: Dardani