logo batamtoday
Minggu, 10 November 2024
Panbil Group


Melongok Budidaya Rumput Laut di Pulau Penawar Rindu
Sabtu, 04-07-2020 | 08:04 WIB | Penulis: Saibansah
 
Ketua Kelompok Nelayan Budidaya Rumput Laut Pospera Pulau Penawar Rindu, Rompy Muniatra menunjukkan jenis rumput laut yang dibubidayakannya. (Foto: Ist)  

TAK lama lagi, Pulau Penawar Rindu akan menghasilkan rumput laut. Rumput laut hasil budidaya nelayan, bukan yang tumbuh liar di batu karang. Bagaimana kisah budidaya rumput laut di Pulau Belakang Padang itu? Berikut penuturan Ketua Pospera Kepri, Hazhary dan Rompy Muniatra kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah.

Pulau Belakang Padang Kota Batam, dikenal juga dengan sebutan Pulau Penawar Rindu. Nama yang disematkan oleh mantan Walikota Batam, H. Nyat Kadir. Pulau ini memiliki laut yang potensinya sangat besar. Salah satunya, cocok dan subur untuk budidaya rumput laut.

Sayangnya, meski subur untuk budidaya rumput laut. Setiap tahun, pantai Pulau Belakang Padang selalu mendapat kiriman limbah minyak hitam, entah dari mana. Karena sejak puluhan tahun lalu, masalah limbah minyak hitam ini belum tuntas dibereskan.

Meski sudah bergonta-ganti Walikota Batam dan Gubernur Kepri, belum ada satu pun yang berhasil menyelesaikan masalah menahun ini sampai benar-benar tuntas-tas.

Tidak percaya? Mari kita tunggu musim angin utara, limbah minyak hitam akan mencemari bibir pantai Pulau Penawar Rindu itu, bersamaan dengan saat air laut mulai pasang. Tapi, ah sudahlah!

Daripada membahas limbah minyak hitam yang tak kunjung selesai itu, mending menyimak penuturan Ketua Kelompok Nelayan Budidaya Rumput Laut Pospera Pulau Penawar Rindu,
Rompy Muniatra yang mendampingi Ketua Pospera (Posko Perjuangan Rakyat) Provinsi Kepri, Hazhary dalam satu perbincangan santai sambil ngopi di salah satu kedai roti terkenal di kawasan Tiban Batam.

BACA: Tumpahan Minyak di Belakang Padang, Persoalan Lingkungan Menahun Tanpa Solusi

"Sebenarnya, budidaya rumput laut itu sangat mudah, kok. Masyarakat nelayan Belakang Padang pasti bisa. Cukup dengan membuat kerambah, kemudian masukkan bibit rumput laut ke dalamnya, sudah," tutur Hazhary memulai penuturannya.

Yang paling krusial adalah, menjaga kerambah. Karena ada kalanya ombak dan angin di Pulau Belakang Padang berhembus kencang. Pernah, kerambah rumput laut binaan Pospera hanyut dibawa angin utara, pas tengah malam, kerambah pun bergerak ke arah laut Singapura.

Beruntung, ada delta yang menghadang keramba-keramba itu hanyut sampai jauh. Meski keramba rumput laut Pospera itu berhasil diselamatkan delta, tapi puluhan ton bibit rumput laut hanyut entah ke mana. Kerugian sudah terbayang di depan mata.

Padahal, pada saat itu, ada nelayan yang menjaga di pondok kayu di atas keramba. Tapi, melawan angin yang menghembus kencang di malam hari, nelayan penjaga kerambah, hanya bisa pasrah. Dia pun ikut hanyut bersama kerambah dan bibit rumput laut itu.

"Dari rumput laut yang tersisa kami mulai lagi budidaya, tidak boleh ada kata menyerah, karena dalam waktu 21 hingga 23 hari saja, rumput laut sudah berkembang biak lagi," tutur Rompy Muniatra, menambahkan.

Saat ini, lanjut Rompy Muniatra, Pospera Kepri sudah memiliki 50 unit keramba. Semua keramba sekarang sudah terisi kembali dengan bibit yang dihasilkan dari sisa rumput yang berhasil diselamatkan dari hempasan angin malam hari itu.

BACA: DLH Ambil Sampel dan Pemetaan Limbah Minyak di Perairan Belakang Padang

Jadi, rumput laut yang seharusnya sudah bisa dipanen, dikembangbiakkan lagi untuk bibit di kerambah lain. Sehingga, sampai hari ini, rumput laut dari Pulau Penawar Rindu itu masih belum dipanen untuk dipasarkan.

Tapi, tidak akan lama lagi, rumput laut kering dari Pulau Penawar Rindu itu, akan dikirim dalam kontainer 40 feet. "Kita akan kirim dalam kontainer 40 feet ke Jawa, tidak lama lagi," tegas Hazhary, optimis.

Semoga, tidak keduluan datangnya limbah minyak hitam...

Editor: Dardani

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit