DULU, di masa Presiden SBY, pengurusan paspor di KBRI Kuala Lumpur satu hari selesai. Sekarang, ada yang sudah satu bulan belum kelar. Demikian salah satu keluhan warga negara Indonesia yang disampaikan kepada wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah di Kuala Lumpur Malaysia. Bagaimana interaksi mereka dengan KBRI yang saat ini dipimpin oleh Rusdi Kirana itu?
Usianya sudah menginjak kepala enam. Tampak rambutnya yang sudah memutih, meski selalu ditutupi peci hitam. Tapi semangatnya tetap menyala, energik. Darah bugis yang mengalir di tubuhnya, membuatnya mewarisi sikap tegas dan berani para daeng yang pemberani. Dan keberanian itulah yang mengantarkannya merantau ke Malaysia tahun 1978 lalu.
Sikap tegas dan energik itu jugalah yang membuatnya terus aktif berorganisasi. Sampai hari ini. Dengan berorganisasi itu, dia bisa membangun silaturahmi dengan sesama perantau warga negara Indonesia di Malaysia. Dan dari silaturahmi itu pulalah, dia bisa saling membantu dan berbagi. Itulah sosok Ahmad, sebut saja begitu. "Saya merantau ke Malaysia tahun 1978," katanya sambil mengisap rokok kretek Dji Sam Soe-nya dalam perbincangan santai dengan BATAMTODAY.COM, Sabtu, 2 Maret 2019 di Kuala Lumpur Malaysia.
Apalagi, hidup di perantauan, pastilah berbeda kondisinya dengan di negeri sendiri. Apalagi, bagi para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia. Berbagai kendala dan problema harus mereka hadapi. Baik bersentuhan dengan hukum maupun ekonomi. Melalui organisasilah, mereka dapat saling berbagi.
Menjadi perantau di Malaysia sejak 1978, tentu banyak sudah yang disaksikannya. Termasuk, perjalanan dinamika Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBR) di Kuala Lumpur Malaysia. Ahmad adalah salah satu tokoh masyarakat Indonesia di Kuala Lumpur. Dia kerap diundang untuk berdiskusi oleh para pejabat di KBRI Kuala Lumpur. Apalagi, kalau bukan untuk silaturahmi dan mengorek informasi. "Saya sering diundang ke KBRI," lanjutnya.
Ahmad mengetahui pergantian para Duta Besar (Dubes) RI di Malaysia, sejak tahun 1978 lalu. Dan sejak itulah, baru Rusdi Kirana, Dubes RI di Malaysia yang non muslim dan dari etnis Thionghoa pula. Tidak ada yang salah, memang. Karena penugasan seorang Dubes di suatu negara adalah hak prerogatif presiden. Dan Presiden Joko Widodo telah menunjuk bos Lion Air, Rusdi Kirana menjadi Dubes RI di Malaysia, 18 Mei 2017 lalu. "Rusdi Kirana itulah Dubes RI pertama yang non muslim," tegas Ahmad.
Ada yang berbeda sejak KBRI Kuala Lumpur dipimpin oleh Rusdi Kirana. Diantaranya adalah, dulu di masa pemerintah Presiden SBY, proses pengurusan paspor dan SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor) bagi para WNI di Malaysia, bisa selesai dalam waktu satu hari. Tapi sekarang, ada yang sudah sebulan belum juga kelar.
Juga, soal kegiatan sholat Jum'at dan Idul Fitri di KBRI Kuala Lumpur yang tidak seperti dulu lagi. "Dulu sholat Jum'at di KBRI begitu bergairah, sekarang tidak seperti dulu lagi," tambahnya.
Sayangnya, upaya BATAMTODAY.COM untuk memverifikasi dan mengklarifikasi penuturan Ahmad itu menemui jalan buntu. Pertanyaan konfirmasi dan pesan-pesan pendek yang BATAMTODAY.COM kirim ke nomor telepon genggam Dubes RI di Malaysia, Rusdi Kirana, di nomor +62 817-0100-638, Senin, 4 Maret 2019, tak direspon sama sekali.
Pesan pendek dan konfirmasi tersebut dikirim pada pukul 07:16, 07:17, 07:19 dan 07:20 WIB. Sampai berita ini diunggah, belum juga direspon.
Editor: Dardani