logo batamtoday
Jum'at, 26 April 2024
JNE EXPRESS


Sejarah Ketegasan Jokowi di Laut Anambas
Jum'at, 05-12-2014 | 15:45 WIB | Penulis: Saibansah Dardani
 
Salah satu dari tiga kapal nelayan asing yang ditenggelamkan Pemerintah Indonesia di perairan Anambas.

 

Jangan remehkan warga sipil. Itu pesan singkat yang ingin penulis tekankan melalui tulisan ini. Karena Jokowi telah membuktikan keberaniannya bertindak tegas, yang tidak dilakukan oleh presiden sebelumnya. 

SEJARAH mencatat, perairan Anambas, Provinsi Kepri telah menjadi saksi ketegasan seorang warga sipil bernama Jokowi. Setelah menjadi Presiden RI ke-7, Cah Solo ini berani menenggelamkan 3 kapal pencuri ikan asal Vietnam di lautan Anambas. 

Ya, di perairan Anambas yang kaya sumber daya alam dan ikan itulah, ketiga kapal tersebut diberondong meriam orlikon berkaliber 12,7 mm dari Kapal Negara (KN) Bintang Laut milik Bakorkamla, Jumat, 5 Desember 2014. Ketiga kapal naas itu adalah KG 90433 TS/ATS 006 GT.66, KG 93466 TS/ATS 005 GT.49, dan KG 94266 TS/ATS 012 GT.103. 

Ketiganya terkubur di titik koordinat 03 13 00 U - 106 09 00 T sekitar 8 mil laut dari pulau terdekat dan pada kedalaman 70 meter dari permukaan laut. Biarlah ketiga rongsokan kapal itu bersahabat dengan karang dan arus dasar laut. Biarlah ketiganya berubah menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan-ikan untuk berkembang biak di sana.   

Penenggelaman 3 kapal nelayan Vietnam itu melibatkan sejumlah unsur pendukung TNI AL. Unsur-unsur yang terlibat antara lain unsur VIP berupa KRI Sultan Hasanuddin-366, unsur pengamanan (PAM) yang berupa KRI Sutedi Senoputra-378 dan KRI Todak-631, dan unsur SAR dan evakuasi berupa KRI Barakuda-633. Selain itu ada juga unsur angkutan oleh KAL Baruk Patkamla Tarempa, serta unsur domisli berupa Tim Kopaska.

Selain para nelayan di Anambas dan Natuna, yang selama ini selalu kalah ligat dalam menangkap ikan dengan para pencuri ikan asal Vietnam itu, yang menyambut gembira sikap tegas Presiden Jokowi itu adalah Gubernur Provinsi Kepri, Muhammad Sani. Orang nomor satu di provinsi kepulauan itu tak ragu mengungkapkan kegembiraannya atas penenggelaman ketiga kapal pencuri ikan tersebut. "Kita sangat mendukung tindakan represif pemerintah dalam upaya memberantas kapal nelayan asing yang melakukan pencurian ikan di Kepri," kata HM. Sani di Tanjungpinang, beberapa saat setelah ketiga kapal tersebut tenggelam. 

Selain 3 kapal Vietnam itu, masih ada ratusan bahwa ribuan kapal pencuri ikan lain di seluruh wilayah laut Indonesia. Jika tindakan tegas itu tidak dimulai, maka lengkaplah sudah Indonesia Raya ini menjadi negara yang tidak punya marwah sama sekali. Lautnya dijarah isi perutnya, udaranya dijelajah tanpa ragu. Lalu, apa guna ada negara dengan tentara yang pasukannya disegani dunia? 

Ternyata, semua itu tergantung pemimpinnya. 10 tahun sudah, rakyat merindukan sikap tegas pemimpinnya. Sikap yang membuat rakyat Indonesia dihargai di luar negeri. Sikap yang membuat pemerintahnya berwibawa. Bukan sikap ragu-ragu dan plin-plan. Meskipun, sikap tegas itu akan membuahkan konsekwensi yang harus dihadapi. Tapi dengan dukungan rakyat dan kekuatan militer yang tangguh, mengapa harus ragu untuk membela kedaulatan bangsa dan negara sendiri? 

Paling tidak, 3 kapal pencuri ikan asal Vietnam itu sudah memberi sinyal kuat kepada para cukung kapal-kapal pencuri ikan di seluruh dunia. Bahwa lautan Indonesia saat ini bukan lagi seperti dulu, lautan yang seolah-olah tak bertuan. Karena tidak dijaga sungguh-sungguh. Kini, lautan Indonesia yang luas itu, sudah diurus oleh pemiliknya, rakyat Indonesia. Mereka sudah sadar bahwa kekayaan alamnya telah dijarah bertriliun-triliunan rupiah setiap tahun. Kini, mereka ingin menguasai kekayaan sumber daya alam dan ikan-ikannya. 

Semoga, pesan kuat itu tidak hanya sekali. Pesan itu harus terus menerus digaungkan kepada seluruh pencuri ikan-ikan dari laut Indonesia. Saat ini saja, ketika Menteri Kelautan, Susi Pudjiastuti menerapkan moratorium izin kapal penangkap ikan, sudah puluhan toke ikan di negara tetangga terancam bangkrut. Mereka berteriak karena harga ikan di negara tetangga juga mulai bergerak naik. 

Sekali lagi, ternyata, sikap tegas yang diterapkan oleh 2 orang warga sipil itu berdampak serius bagi para pencuri ikan. Jokowi dan Susi Pudjiastuti, telah membuktikan, dengan sikap tegas, ternyata harga diri bangsa dan marwah Indonesia di wilayah lautnya sendiri, bisa tegak berdiri. Sekarang, tinggal rakyat yang harus terus mengawal, agar sikap tegas ini bisa langgeng dan menular ke seluruh satuan-satuan yang bertanggung jawab atas keamanan kedaulatan laut Indonesia. Semoga! 

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri

Ucapan Idul Fitri

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit