BATAMTODAY.COM, Karimun - Kepulauan Riau punya potensi besar dalam upaya peningkatan nilai tambah komoditas rumput laut melalui hilirisasi industri. Sebab, rumput laut punya potensi menunjang ekonomi kemaritiman, khususnya bagi masyarakat pesisir.
Azlan Bahar,salah seorang pengelola rumput laut di Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun mengatakan, potensi dari rumput laut sebenarnya sangat luar biasa, apalagi sekarang ini memiliki pangsa pasar yang jelas dan menjanjikan.
Ia menjelaskan, sekarang ini di Kecamatan Moro, rumput laut sudah menjadi mata pencaharian, apalagi untuk budidaya rumput laut tidak memerlukan pengetahuan khusus, tetapi cukup dengan kemauan yang kuat.
"Saya sudah tujuh tahun berkecimpung dengan rumput laut dan sudah memiliki koneksi untuk pemasaran maupun pembelinya. Sekarang saatnya untuk membantu petani rumput laut di Moro," kata Azlan Bahar, Kamis (30/9/2021).
Menurut Azlan, potensi rumput laut sangat luar biasa apalagi jika pemerintah mau lebih mendukung agar di sentra-sentra penghasil rumput laut dibangun industri pengelolaannya. "Mudah-mudahan pemerintah bisa mewujudkan adanya industri pengelolaan rumput laut di Kepulauan Riau, khususnya di Kecamatan Moro, Karimun," harapnya.
Azlan menambahkan, rumput laut memiliki prospek yang cerah ke depannya. Sekarang saja telah memberikan nilai tambah bagi peningkatan ekonomi di daerah pesisir dengan banyaknya permintaan rumput laut.
Sekadar diketahui, salah satu sentra rumput laut di Provinsi Kepri yakni Kecamatan Moro, Kabupaten Karimun. Di daerah ini, terdapat ribuan petani rumput laut, yang tersebar di Pulau Jaga, Tanjung Semukul, Desa Sugie, Pulau Bahan dan Pulau Jang.
Dalam lingkup yang lebih besar, potensi ini ditangkap oleh PT. Kencana Bumi Sukses yang beralamat di Pulau Nipah Jembatan II Kota Batam. Direktur PT Kencana Bumi Sukses Wahyudi Firdaus mengatakan, di masa pandemi ini untuk ekspor rumput laut kita mengalami empat kali lipat peningkatan dari tahun sebelumnya.
"Per hari kita bisa mengekspor sebanyak 500 ton. Sementara itu, dari awal tahun hingga bulan ini ekspor rumput laut sudah mencapai 3.000 ton. Angka ini hampir setengah volume ekspor rumput laut selama tahun 2020. Ini peningkatan yang luar biasa, dibandingkan tahun sebelumnya," jelas Yudi.
"Paling banyak kita mengekspor ke negeri Cina. Ini menjadi bukti bahwa masyarakat Batam mulai tertarik dan menjadikan rumput laut sebagai mata pencaharian alternatif," ucap Yudi.
Dijelaskan Yudi, untuk saat ini pihaknya mengalami kendala produksi yang disebabkan masalah lahan. Ia berharap perubahan dan peruntukan pengalihan fungsi lahan dapat diselesaikan, agar dapat menambah kouta ekspor, guna menunjang pertumbuhan ekonomi khususnya masyarakat nelayan.
"Harapannya dari Pemerintah ada lahan untuk buat pabrik pengolahan rumput laut jadi tidak lagi ekspor dalam bentuk bahan baku," pungkasnya.
Potensi ini ditangkap oleh pemerintah daerah dengan menyusun rencana budidaya rumput laut.
Dinas Perikanan Kabupaten Karimun megkategorikan lokasi pengembangan rumput laut di Kecamatan Moro dengan kategori sangat layak sebesar 110 km2 dan kategori layak ditemukan sebesar 136 km2 umumnya tersebar di sekitar garis pantai Pulau Sugi dan pulau-pulau kecil sekitarnya serta sebagian kecil di Pulau Combol dan Pulau Sugi Bawah.
Selain itu, di Perairan Bagian Selatan seperti Pulau Durai, Pulau Sangiang dan Pulau Durian, umumnya tergolong kategori cukup layak dan tidak layak.
Kondisi tak jauh berbeda terjadi di Lingga. Pemerintah Kabupaten Lingga mulai melirik sejumlah komoditas sektor Perikanan dan Kelautan selain program pembudidayaan udang vanamei, salah satu sektor yang saat ini mulai digenjot oleh Pemerintah Kabupaten Lingga di era kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Lingga Muhammad Nizar dan Neko Wesha Paweloy adalah rumput laut.
"Bupati dalam pertemuanya dengan sejumlah OPD meminta kepada Dinas Perikanan dan Kelautan untuk kembali menggarap pembudidayaan rumput laut di sejumlah daerah di Kabupaten Lingga," terang Kadis Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lingga Kasiman Spd, Kamis (30/9/2021).
Menurut Kasiman, pada tahun ini hingga tahun 2022 nantinya Desa Tanjung Kelit, Kecamatan Senayang dan sejumlah Desa yang ada di Kecamatan Singkep Pesisir sudah mulai di progres untuk sektor pembudidayaan rumput laut, hal ini menurut Kasiman di dua kecamatan tersebut iklimnya dan potensi lautnya sangat mendukung untuk pertumbuhan rumput laut.
"Sejumlah petani rumput laut di dua kecamatan tersebut sangat antusias, selain lokasi yang produktif pertumbuhan rumput laut di daerah itu kita harapkan dapat menunjang perekonomian masyarakat sekitar," terang Kasiman.
Sementara itu Kepala DKP Kepri Tengku Said Arif Fadillah mengakui budidaya rumput laut memiliki potensi yang luar biasa di wilayah Kepulauan Riau. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepulauan Riau (DKP Kepri) menyadari hal ini dan berharap potensi ini dapat dimaksimalkan, ditambahkan Kadis DKP Kepri ini kebutuhan rumput laut saat ini semakin tinggi. Rumput laut tidak hanya laris di pasar domestik, melainkan juga pasar internasional.
"Rumput laut asal Kepri ini dapat diekspor ke China, Hongkong dan Vietnam, Amerika serta negara-negara lain," imbuhnya.
Menurut Kepala DKP Kepri ini, Rumput laut dari Provinsi Kepri tidak hanya dipakai sebagai bahan pangan, karena rumput laut juga dapat dijadikan sebagai bahan pokok kosmetik. Seperti di ketahui produk kosmetik asal China, Hongkong dan Vietnam sejak beberapa tahun lalu menggunakan rumput laut sebagai bahan pokok.
"Kepri memiliki potensi besar sebagai produsen rumput laut, karena 96 persen wilayah ini terdiri dari lautan, selain sejumlah daerah di Kota Batam DKP Kepri saat ini melakukan survei lokasi yang tepat untuk budidaya rumput laut di Kabupaten Bintan dan Kabupaten Lingga," terang Arif.
Potensi rumput laut Kepulauan Riau tidak hanya mendukung peningkatan ekonomi di sektor lokal, tetapi juga menyokong perekonomian nasional.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) saat ini fokus, kepada kebijakan dan berbagai stimulus yang dapat mendukung pengembangan rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan budi daya nasional berdasarkan data KKP, produksi rumput laut Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan kenaikan rata-rata sebesar 22,25 persen per tahun, sedangkan nilai produksi rata-rata naik 11,80 persen per tahun.
Hal ini bisa di lihat mulai dari tahun 2013, produksi rumput laut sebanyak 9,31 juta ton senilai Rp11,59 triliun. Pada tahun berikutnya, 2014, naik menjadi 10,07 juta ton senilai Rp21,71 triliun; pada tahun 2015, mencapai 11,27 juta ton dengan nilai Rp13,20 triliun; pada tahun 2016, produksi naik menjadi sekitar 11,69 juta ton dan ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono berjanji akan mendorong investasi untuk meningkatkan pengelolaan rumput laut, hal ini sehubungan dengan kenaikan produksi perikanan budidaya menjadi salah satu pendorong peningkatan kinerja produk domestik bruto (PDB) terutama di sektor perikanan sebesar 9,69% sepanjang 2021.
"Rumput laut menjadi salah satu potensi perikanan unggulan yang berpeluang untuk ditingkatkan meskipun yang diekspor masih berupa raw material," terang Menteri Kelautan dan Perikanan ini Kamis (23/9/2021).
Ditambahkan mantan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia ini, direncanakan pada tahun 2022 nanti pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan terus akan mendorong investasi pengolahan rumput laut.
Sehingga bisa memberikan nilai tambah khususnya bagi petani rumput laut di kawasan Indonesia Timur dan daerah-daerah lain di Indonesia, pria yang pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Teknologi Riset Global Investama ini menerangkan salah satu upaya mendorong ekspor produk perikanan, KKP akan fokus untuk mendorong edukasi terkait produksi hingga pengolahan agar memenuhi standar global.
Selain itu tenaga terampil juga dipersiapkan untuk menghasilkan SDM yang mampu menopang industri perikanan. Hal ini guna mendorong ekspor perikanan Indonesia ke pasar global khususnya Cina, Jepang, Amerika Serikat, Denmark, Jerman, Filipina, dan Vietnam. "Sehingga penting mendorong peningkatan kualitas produk ekspor utamanya terkait budidaya dan penangkapan," imbuh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono.
Dukungan pemerintah, baik pusat maupun daerah memang menjadi harapan petani dan pengusaha rumput laut Kepulauan Riau. Salah seorang petani rumput laut Azlan mengatakan, saat ini rumput laut hasil panen petani hanya dijual atau dipasarkan dalam bentuk mentah karena di Kepulauan Riau belum berdiri industri pengelolaan rumput laut. Untuk pengembangan rumput laut, imbuh Azlan, tidak terlalu sulit dan tidak banyak kendala.
"Kalau pun ada hanya bersifat teknis seperti masalah kebun bibit yang menunjang pada saat musim tanam," ujarnya.
Ia mengatakan rumput laut yang dihasilkan para petani di Kecamatan Moro belum sampai ke industri karena begitu habis panen, rumput laut yang sudah dikeringkan langsung dijual ke penampung yang selanjutnya memasarkan kembali sebagai barang komoditi di nasional maupun internasional melalui ekspor komoditi rumput laut.
Menurut dia Pemerintah Provinsi Kepri sebenarnya sudah punya wacana untuk membangun industri pengelolaan rumput laut tetapi karena keterbatasan anggaran dan kondisi yang kurang memungkinkan, wacana tersebut belum bisa terwujudkan.
"Sebelum sampai ke industri, sebaiknya dibenahi dulu yang di hulu, termasuk tata kelola rumput laut dan jika produksi rumput laut sudah berkembang masif dan di hulu sudah kuat, kegiatan industri dipastikan terbuka lebar," ungkap dia.
Masih kata Azlan, ke depannya Pemerintah Daerah bisa membuat skala produksi yang setengah jadi dari mentah menjadi barang setengah jadi. "Jika industri rumput laut sudah berdiri di sentra-sentra penghasil, tentunya bisa memberikan kontribusi signifikan bagi pendapatan asli daerah (PAD) maupun peningkatan perekonomian nasional," tandasnya. *
Liputan ini karaborasi dari Fredy (Batamtoday.com), Jhony Prasetyo (Probatam.co), Parulian Turnip (metro12news.is), Ernis P Hutabarat (Potretnusantara.id), Wisyunani (kutipan.co)