Oleh DR Muchid Albintani
BELAKANGAN ini, Donald Trump (DT) presiden sekaligus calon presiden asal negeri super power, AS menjadi sangat penting untuk ditelaah-cermati. Ihwal DT ini menarik karena berklid-klindan dengan Covid-Songolas (CS) sekaligus upaya penasahan teori konspirasi.
Sebelumnya, banyak kalangan berpendapat tertularnya DT menjadi variabel penting penentu jika CS bukanlah hasil konspirasi. Tidak saja di negeri ini, ragam manusia dari negara lain pun berpendapat tak jauh berbeda.
Esai akhir zaman berupaya memaknai esensi hubungan DT, Tertular, dan Makar (sebagai pengganti istilah konspirasi) dapat membantu memahami tiga hal penting. Ketiganya berkait-paut dengan DT, Covid-Songolas (CS), dan makar.
Pertama, CS adalah produk makar. Ihwal CS ini, Saya berpendapat jika pada mulanya diskenariokan dengan makar [by design], akhirnya berubah menjadi kecelakaan [by accident].
Istilah diskenariokan yang berakhir kecelakaan, tanpa desain dalam tatanan kehidupan manusia beriman menyebutnya dengan istilah azab. Oleh karena akibat dari kesalahan yang pernah, atau sedang dilakukan berasaskan desain besar [grand design]. Indikasi ini sangat mudah diidentifikasi (ditelusuri) berdasar pertimbangan populer tiga kata: virus, laboratorium, dan Wuhan.
Istilah virus dan laboratorium berklindan positif menuju senjata biologi (biological weapons). Sementara Wuhan teridentifikasi sebagai nama tempat yang berada dalam negara yang sedang 'perang dingin' dengan 'si super power'. Dalam konteks inilah memunculkan istilah konspirasi (makar).
Hemat penulis, jika DT tertular CS, menyebabkan nasahnya teori konspirasi, dinilai kurang pas. Sebab, CS adalah produk. Lalu siapa atau kelompok mana yang memproduksi? Terkait kelompok inilah, maka mengemukanya istilah makar (konspirasi).
Esensi dari istilah ini yakni tindakan (upaya, merencana) dari segelintir orang (kelompok tertentu) demi kepentingnya dengan merugikan orang banyak yang dilakukan secara terselubung (tersembunyi, penuh misteri). Jadi, CS itu ada, bukan makar.
BACA: Kilafah Rupiah?
Kedua, sedang terjadi perang proxy. Ihwal perang proxy (nyeleh tangan, bersembunyi di sebalik) untuk berperang menjadi penting dicermati terkat terjangkitnya DT. Diakui sejauh ini, DT diasosiasikan sebagai orang yang ngeyel, bandel, enggan menggunakan pelindung alias masker, seolah-olah altar jika CS bukan konspirasi. Pendapat ini, tidak seratus persen benar.
Walaupun CS adalah produk, namun siapa yang memproduksinya? Pertanyaan ini menjastifikasi pedapat jika di negeri pamannya si Sam tersebut sedang berlangsung 'perang proxy intra geng'.
Maksudnya perang dari dalam pada lanskap kepentingan yang berbeda. Ada pendapat yang mengatakan perang proxy yang diwakili oleh partai republik pendukung DT, dan partai demokrat pendukung Joe Biden (JB).
Perang tersebut mendominasi asumsi jika CS adalah bagian dari produk lawannya DT, para globalis yang anti nasionalis. Oleh karena itu menjadi wajar jika terjangkitnya DT adalah bagian dari strategi proteksi (melindungi diri) menghadapi para globalis penguasa usaha farmasi dunia tersebut.
Ketiga, kesombongan manusia. Terjangkitnya DT sebagai orang nomor satu di negara super powar ada yang berpendapat sebagai bagian dari fenomena supra-rasional.
CS dalam konteks akhir zaman dapat dinilai mewakili dua prilaku yang manyatu [terintegrasi] antara kesombongan penguasa dunia yang zalim [secara umum yang dipertontonkan manusia dalam men-tuhan-kan teknologi-senjata, dahulu seperti Namrud dan Firaun] dan pembangkangan-munkar [yang mengatasnamakan HAM, men-tuhan-kan kesetaraan, seperti lakon kaum Luth], secara simultan-inheren [bersama-melekat] mempraktikan kesombongan dan pembangkangan terhadap kodrat ilahiah nurani kebenaran yang diperintahkan, tetapi terus dilanggar.
Dari sini korelasi tersebut dapat dijelaskan secara akademis, jika keberadaan CS tidak salah dimaknai juga sebagai azab. Tidak hanya teori konspirasi, azab juga dapat diteorikan.
Sebagai studi awal, paling tidak rujukan sejarah qurani memberikan referensi bijaksana. Kisah dua manusia, Namrud dan Firaun adalah menyoal hubungan azab dengan kesombongan. Sementara, kisah Luth dari negeri Sodom (Gamora), memperkuat hubungan azab dengan kemungkaran prilaku (ke-adab-an) dari kaum Sodom.
Pertanyaannya: apakah tertularnya 'orang paling kuat' (super power) di muka bumi ini bagian dari strategi proteksi, atau azab buah dari kesombongan? Wallahualam bissawab. ***
Muchid Albintani adalah Associate Professor pada Program Studi Magister Ilmu Politik, Program Pascasarjana, FISIP, Universitas Riau, Pekanbaru.