logo batamtoday
Jum'at, 29 November 2024
Panbil Group


Pasca Peluncuran, Tiga Kapal Floating Storage Beroperasi di Perairan Batam
Rabu, 19-12-2018 | 14:40 WIB | Penulis: Nando Sirait
 
Kepala Badan Pelabuhan Laut Badan Pengusahaan (BP) Batam, Nasrul Amri Latif (tengah). (Foto: Nando)  

BATAMTODAY.COM, Batam - Pasca peluncuran kegiatan floating storage dan alih muat Ocean Tankers (Pte) Ltd di wilayah pelabuhan Batuampar, Batam, Senin (17/12/2018) lalu, dalam waktu dekat akan ada dua kapal tanker lagi yang akan beroperasi di Batam.

"Tiga kapal akan masuk ke perairan Batam. Ini tindak lanjut dari MoU BP Batam dengan Ateka Energy," ujar Kepala Badan Pelabuhan Laut Badan Pengusahaan (BP) Batam, Nasrul Amri Latif, Rabu (19/13/2018).

Kapal pertama dengan nama kapal Wu Yi San, telah beroperasi bersamaan dengan peluncuran kegiatan floating storage dan alih muat kapal. Kapal kedua, Ocean Explorer dan Nipa akan menyusul beroperasi kemudian.

"Jadi kegiatannya ini nanti seperti tanki terapung di tengah laut. Tonasenya ada yang 164 ribu GRT, 62 GRT dan 80 GRT. Kapasitas muatnya mulai 70 ribu sampai 150 ribu ton. Muatannya kurang lebih 1-3 juta barrel. Kapal-kapal ini membawa minyak," ungkapnya.

Dari ketiga kapal yang akan beroperasi ini, Nasrul memperkirakan total muatannya mencapai 4,8 sampai 5 juta barrel. Diharapkan dari keberadaan kapal-kapal ini, bisa memberikan multiflier effect kedepannya bagi Batam. Terutama dari sisi ekonomi.

"Karena banyak supply yang akan muncul. Dari air, buah-buahan, makanan dan orang yang terlibat. Begitu juga dengan potensi wisata dan lain-lain efek," paparnya.

Dari keberadaan kapal-kapal ini, ia juga berharap bisa mendorong kapal-kapal besar datang ke Batam. Ini sesuai dengan visi BP Batam untuk pengembangan transhipment.

Nasrul kembali mengingatkan, salah satu visi BP Batam, yakni pengembangan kegiatan di bidang alih muat kapal. Hal ini lantaran letak Batam yang berada di Selat Malaka, yang merupakan salah satu rute terpadat di dunia.

"Selat Malaka adalah choke point minyak terbesar kedua di dunia setelah Selat Hormuz. Hampir 16-17 juta barrel minyak lalulalang setiap hari. 60 persen wilayah Selat Malaka ada di Indonesia. Target kita optimal, paling tidak 20 persen dari 16-17 juta barrel ini bisa masuk ke Batam," lanjutnya.

Dalam hal ini, Nasrul menilai, adanya sengketa perbatasan antara Malaysia dan Singapura juga mendatangkan sisi positif bagi Indonesia. Lantaran sebelumnya, tiga kapal tanker ini beroperasi di perairan Malaysia.

"Indonesia diuntungkan. Karena ujungnya Selat Malaka ada di Kepri. Kenapa dipilih Batam, karena ada detail teknik pemanfaatan untuk perairannya," kata Nasrul.

Editor: Yudha

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit