logo batamtoday
Jum'at, 26 April 2024
JNE EXPRESS


Polemik Bahasa Pro-Asing dan Tak-Islami dalam Pilpres 2019
Selasa, 18-09-2018 | 00:13 WIB | Penulis: Redaksi
 
Ilustrasi pekerja asing. (Foto: Ist)  

Oleh Mufazzal Nurrahman

SELAMA ini diberbagai media baik media sosial dan media cetak, sering mendengar pernyataan bahwa salah satu Paslon dalam Pilpres 2019 (Prabowo Subianto) diasosiasikan sebagai pembela umat Islam dan dirinya diibaratkan sebagai sosok pahlawan yang akan melawan kekuatan asing.

Di sisi lain, muncul propaganda negatif yang menyebutkan bahwa Paslon petahana Pilpres 2019 (Joko Widodo) sebagai sosok yang menjadi musuh umat Islam dan menjadi antek-antek asing.

Namun benarkah klaim seperti di atas? Sebagai masyarakat Indonesia harusnya cerdas dalam melihat dan memahami isu yang tersebar di media. Prabowo sebenarnya tidak selalu seperti yang digambarkan oleh pendukungnya. Begitu juga dengan Joko Widodo juga tidak seperti yang digambarkan di media sosial.

Meskipun banyak bukti-bukti dan fakta-fakta yang tersebar di media sosial, itu hanyalah kepentingan kelompok-kelompok tertentu sebagai tujuan politik praktis dalam Pemilihan Presiden 2019.

Hingga saat ini, para pendukung Prabowo-Sandiaga menganggap, Prabowo-Sandiaga merupakan sosok yang anti asing hingga bersedia membela umat muslim yang tertindas atau sering disebut pro-islam, dan menyerang sisi Paslon Petahana Jokowi-Ma’aruf Amin dengan isu, Jokowi adalah antek-antek asing dan Kapitalis.

Padahal apabila ditelusuri di media sosial, akan banyak ditemukan fakta-fakta yang menunjukkan sebaliknya, justru Pihak Prabowo-Sandiaga yang menunjukkan pro-asing dan tak-Islami. Prabowo-Sandiaga menyebut dirinya nasionalis dan pro-Islam hanya saat menjelang Pemilihan Presiden 2019 dan mulai menggandeng ulama yakni saat mengikuti Ijtimak Ulama II yang menghasilkan Pakta Integritas dengan tanda tangan langsung dari Prabowo-Sandiaga.

Prabowo-Sandiaga telah menunjukkan niat baiknya dengan bekerja bersama-sama dengan para ulama tersebut untuk Pilpres 2019, dan juga telah membuktikan kerja kerasnya sebagai Paslon Pilpres 2019 yang berlatar belakang pengusaha dengan keuletan dan kerja keras yang tinggi, sehingga dapat membawa para ulama yang tergabung dalam Ijtimak Ulama II masuk dalam pendukung Prabowo-Sandiaga.

Namun, perlu diwaspadai adanya kemungkinan pihak Prabowo-Sandiaga yang hanya memanfaatkan momentum tersebut untuk tujuan strategi politik praktis maupun politik identitas.

Bagaimana dengan Jokowi-Ma’aruf Amin?

Mari kita bersama-sama melihat sepak terjang dari Paslon Petahana Jokowi-Ma’aruf, sudah bukan menjadi rahasia umum, bagaimana seorang Presiden Joko Widodo membangun Indonesia melalui berbagai program-program pembangunan, salah satunya pembangunan infrastruktur Jalan Tol, Jalan akses di luar jawa hingga 65 bendungan di seluruh Indonesia.

Sedangkan Ma’aruf Amin, seorang pemimpin umat Islam yaitu mantan Ketua MUI Indonesia yang sudah tak perlu diragukan lagi pemahaman dalam memimpin maupun sering disebut dengan bahasa pro-Islam. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa Paslon Jokowi-Ma’aruf Amin yang sebenarnya merupakan Paslon yang nasionalis dan pro-Islam bukan malah sebaliknya sering disebut antek-antek aseng hingga anggota komunis.

Isu-isu yang menggunakan bahasa pro-Asing dan tak Islami hanyalah sebuah isu murahan yang dikeluarkan oleh kelompok oposisi untuk menyerang kelompok petahana. Isu-isu tersebut dibumbui dengan konten-konten yang bermuatan SARA dengan memecah belah golongan dan umat beragama di Indonesia.

Sudah tidak sepantasnya apabila strategi-strategi yang negatif seperti ini diteruskan untuk menuju Pilpres 2019. Sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas, seharusnya telah mengerti bagaimana isu-isu yang tidak benar kebenarannya dimunculkan untuk menjatuhkan kelompok lain untuk kepentingan politis.

Apakah kita akan memilih pemimpin yang hanya mementingkan kepentingan kelompoknya sendiri tanpa melihat orang atau kelompok lain?

Tentu masyarakat Indonesia dapat berpikir dengan cerdas untuk memilih pemimpin yang dapat mempersatukan perbedaan dan mengedepankan kesejahteraan masyarakat, bukan malah membawa perbedaan untuk mengadu domba antar golongan dengan tujuan untuk menjatuhkan golongan lain dan membiarkan negara lain untuk mengintervensi negara Indonesia melalui berbagai sektor mulai dari ekonomi hingga politik. *

Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial Politik

Ucapan Idul Fitri

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit