JANGAN bermimpi investor asing akan percaya menanamkan modalnya di Batam, kalau masyarakat Batam saja tidak percaya kepada para pimpinan Badan Pengusahaan (BP) Batam. Penegasan itu disampaikan oleh anggota DPRD Kota Batam dari Partai Hanura, Uba Ingan Sigalingging, dalam satu perbicangan dengan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah. Berikut lanjutan paparannya.
Ada anomali yang sedang terjadi di Batam saat ini. Yaitu, uang yang diraup BP Batam dari masyarakat Batam mengalami peningkatan. Sebaliknya, investasi asing yang masuk malah nol besar.
Dampaknya, ribuan masyarakat Batam kehilangan lapangan kerja. Lalu, beramai-ramai balik kampung, memanfaatkan momentum lebaran. Seolah-olah, mudik lebaran, padahal, mereka balik habis.
Itulah salah satu 'prestasi' Kepala BP Batam Hatanto Reksodipoetro yang menggantikan Mustofa Widjaja yang sukses memimpin BP Batam selama hampir 10 tahun.
Kemudian, bersama dengan para deputinya, mantan Sekjen Kementerian Perdagangan RI di era Menteri Mari Elka Pangestu itu juga memiliki 'prestasi' lain yang tak kalah menariknya.
Apa itu? Membunuh harapan para pengusaha dan masyarakat Batam pada masa depan ekonomi dan investasi di Batam. Jika hidup sudah tidak punya harapan, apa lagi yang ditunggu?
Jadi, jika masyarakat Batam dan kalangan bisnis serta investor telah kehilangan harapan kepada sosok yang dipecat dari posisinya sebagai Dirjen Kementerian Perdagangan itu, lalu kilah apa lagi yang akan disampaikan oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution untuk terus mempertahankan Hatanto?
Perbincangan membahas 'prestasi' kader Partai Hanura itu makin menarik, saat masuk pada strategi dan taktik. Apa strategi dan taktik yang diterapkan Hatanto dalam memajukan investasi di Batam? Jawabnya, banyak.
Tapi yang paling menonjol adalah menaikkan semua tarif. Mulai dari menaikkan tarif uang sewa tanah di Pulau Batam, menaikkan tarif di pelabuhan, bandara, dan tarif lainnya.
Baca juga:
- Selamat Tinggal Batam!!! Kami Balik Habis, Bukan Mudik....
- Batam Tak Seperti Dulu Lagi...
- Sory, Harapan Kami Telah Pupus Bro...
Tarif sewa lapak di Bandara Hang Nadim, misalnya, mencapai Rp20 juta per bulan. Pass pelabuhan naik dari Rp 2.500 per kepala menjadi Rp 10 ribu.
Intinya, kerek setinggi-tingginya pungutan uang dari masyarakat. Semakin tinggi pungutan, pasti akan semakin banyak uang yang masuk ke pundi-pundi BP Batam. Dan itu adalah prestasi!
Sayangnya, sampai hari ini, belum terdengar adanya langkah-langkah taktis untuk menyelamatkan investasi yang sudah masuk ke Batam agar tidak kabur. Yang ada, mereka dibiarkan pergi begitu saja. Yang baru, tak juga kunjung datang.
'Untunglah' Hatanto dan para deputinya, dapat 'panggung' di Singapura beberapa waktu lalu. Di sana, sosok yang alergi dengan pers itu, memaparkan program-program kerjanya. Lalu, mendapat space menarik di halaman koran terbitan Singapura. Apakah dari situ ada investor masuk? No way!
Waduh, pokoknya menarik membahas 'prestasi' Hatanto yang sejak April 2016 lalu menikmati segala fasilitas sebagai Kepala BP Batam. Apa saja? Ya, gaji tinggi, tinggal di hotel bintang, karena anak dan istrinya ditinggal di Jakarta, naik pesawat kelas bisnis dan fasilitas wah lainnya.
Lalu, dengan segala fasilitas wah itu, apa yang dirasakan masyarakat Batam? Kesengsaraan!
Terima kasih Hatanto, telah memberi masyarakat Batam kesengsaraan...
Editor: Dardani