BATAMTODAY.COM, Jakarta - Lembaga Perupa Kalimantan Timur (LPK) hadir untuk ikut membangun negeri, khususnya dalam menyongsong ibu kota negara (IKN) Nusantara, kendatipun ada pergumulan suasana hati, antara kecemasan dan harapan.
Salah satunya, seniman Dharmawan Budhi dari Sangatta Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim) yang mengungkapkan perasaan cemas terhadap kemungkinan spesies unik dan ikonik Indonesia, yakni orang utan terancam punah.
"Lukisan Orang Utan (Dharmawan Budhi) berjudul antara aku ibuku dan ibukota dipamerkan di Galeri Nasional, Gambir Jakarta. Anglenya mengenai orang utan yang sedang menggendong anaknya, berlatar belakang gedung-gedung pencakar langit. Ada pergumulan, terutama cemas pada senimannya (Dharmawan Budhi) terhadap percepatan pembangunan IKN. Hal tersebut sangat kentara," ujar pemandu pameran Annissa.
Orang Utan, tak ubahnya kerabat manusia. Setiap tahun, masyarakat dunia memperingati Hari Orangutan se-dunia. Orang Utan selain unik dan ikonik, juga sudah menjadi endemik Indonesia. Habitat mereka digunakan untuk pembangunan IKN. Dharmawan Budhi melihat sendiri fenomena orang utan, yang sedang menggendong anak, keluar dari hutan sampai ke permukiman warga. "Mereka seperti mencari rumah baru," kata Annissa.
Respons masyarakat/pengunjung terhadap 42 karya lukisan yang dipamerkan juga beragam. Emosi mereka ibaratnya naik turun, terjadi pergumulan suasana hati. Misalkan turis asal Korea Selatan yang awalnya menikmati berbagai lukisan tersebut. Tapi ketika ia melihat beberapa lukisan yang mencerminkan kondisi sesungguhnya Kaltim, suasana hatinya berubah 180 derajat.
"Turis dari Korea, masuk ke ruangan pameran dengan kondisi yang happy, dan merasakan emosi para seniman (pelukis). Setelah itu, ia terbawa dalam emosi para seniman. Ia ikut merasa gelisah menyadari kalau kebudayaan asli, adat istiadat suku Dayak juga terancam memudar. Hutan-hutan di Kaltim yang sangat besar, termasuk hewan endemik Orang Utan juga bagian dari kegelisahan turis Korea tersebut," kata Annissa.
Antusiasme pengunjung terhadap 42 lukisan tersebut sangat kentara. Karena ada yang bertanya mengenai 'keberpihakan' sudut pandang. Karena semua lukisan tersebut jelas cerminan dari sudut pandang orang Kaltim. Sementara orang Jawa juga pasti punya sudut pandang sendiri.
"Pusat ekonomi, sampai hari ini terpusat di pulau Jawa. Pergumulan kembali mengemuka mengenai kemungkinan pembangunan nantinya terpusat di Kalimantan. Apakah pulau Jawa akan dilupakan?," ujarnya.
Respons turis-turis asing termasuk dari Aussie (Australia), dia merasakan seperti yang dirasakan para seniman. Ketika Sydney dipindahkan ke Canberra, yang ternyata menjadi kota sepi, kaku, jarak antara gedung berjauhan. Yang ramai, pusat-pusat bisnisnya.
"Memang ada yang berhasil, seperti pemindahan Sao Paulo ke Brasilia, Brazil. New York dipindahkan ke Washington. Pameran ini memancing berbagai kalangan utk mengeluarkan pendapatnya," kata Annissa.
Editor: Yudha