logo batamtoday
Kamis, 25 April 2024
JNE EXPRESS


Perusahaan-perusahaan Kerap Dibobol Akibat Minim Pakar Siber
Selasa, 09-05-2023 | 19:16 WIB | Penulis: Redaksi
 
Ilustrasi.  

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Lebih dari 66 persen organisasi di Indonesia melaporkan penerobosan keamanan siber pelanggaran dunia maya dalam satu tahun terakhir. Hal ini disebut imbas dari minimnya pakar keamanan siber di perusahaan-perusahaan tersebut.

Insiden penerobosan keamanan siber menyebabkan banyak kerugian, salah satunya biaya pemulihan yang sangat besar.

"Kekurangan ahli keamanan siber adalah salah satu tantangan utama yang menempatkan organisasi dalam risiko, seperti yang ditunjukkan dengan jelas oleh hasil Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Global terbaru dari Fortinet," ujar John Maddison, EVP Produk dan CMO di Fortinet.

Hal itu berdasarkan survei perusahaan keamanan siber Fortinet kepada lebih dari 1.800 pembuat keputusan di bidang TI dan atau keamanan siber dari 29 lokasi berbeda.

Responden survei berasal dari berbagai industri, termasuk teknologi (21 persen), manufaktur (16 persen), dan jasa keuangan (13 persen).

Berdasarkan data Fortinet, lebih dari 66 persen organisasi lokal mengalami penerobosan keamanan siber dalam 12 bulan terakhir.

Biaya pemulihannya lebih dari US$1 juta atau sekitar Rp14,7 miliar. Secara global, ada hampir 50 persen mengalami serangan semacam itu, meningkat dari 38 persen pada tahun lalu.

Dalam laporan ini juga disebutkan antara 2021 hingga 2022 jumlah organisasi Indonesia yang mengalami lima atau lebih penerobosan meningkat sebesar 48 persen.

Jumlah tersebut diketahui lebih rendah dibandingkan dengan angka secara global yaitu 53 persen. Namun, angka ini masih terbilang sangat besar.

Fortinet mengungkap angka penerobosan yang masih relatif besar ini disebabkan oleh jumlah staf tim keamanan siber terbatas, terbebani, dan tegang saat mereka mencoba untuk memantau ribuan peringatan ancaman setiap hari atau saat mencoba mengelola solusi yang berbeda untuk melindungi perangkat dan data.

Selain itu, hal tersebut juga disebabkan tidak terisinya jabatan di bidang TI karena kekurangan keterampilan siber. Hal ini lantas 82 persen organisasi di Indonesia mengindikasikan mereka menghadapi risiko siber tambahan.

Menurut laporan Fortinet, secara global diperkirakan dibutuhkan 3,4 juta profesional untuk mengisi kesenjangan tenaga kerja keamanan siber.

Beberapa jabatan bidang keamanan siber bahkan cukup sulit untuk ditemukan, seperti jabatan dalam bidang operasi keamanan (56 persen), keamanan cloud (48 persen), serta keamanan pengembangan perangkat lunak (40 persen).

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha

Ucapan Idul Fitri

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit