BATAMTODAY.COM, Batam - Setelah beberapa bulan lalu Presiden Joko Widodo yang meninjau industri perkapalan di PT Anggrek Hitam Kabil, kini giliran mantan Presiden Megawati Soekarno Putri yang ikut meninjau kembali perusahaan tersebut.
Kedatangan Ketua Umum PDI Perjuangan tersebut ke Batam merupakan dalam rangka kampanye akbar calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) pasangan nomor urut dua Soerya-Ansar.
Namun, sebelum melakukan orasi di depan ribuan pendukung calon yang diusung oleh PDI Perjuangan itu, Megawati menyempatkan diri untuk meninjau salah satu perusahan pembuat kapal tangker di Batam tersebut.
"Tujuan pertama tentunya dalam rangka Pilkada, yang memang dari kemarin ada beberapa Provinsi yang saya kunjungi," kata Megawati di Batam, Minggu (29/11/2015).
Tetapi dalam kunjungannya di Batam, merasa perlu untuk meninjau industri perkapalan, dimana hampir 50 persen industri yang ada di Batam merupakan galangan kapal.
Dan itu menurutnya, sebagai langkah pendukung dalam mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia sebagai mana yang telah dicanangkan oleh Presiden Jokowi selama ini.
"Tentunya masukan yang saya bawa dari sini akan saya sampaikan langsung kepada Presiden ataupun Wakil Presiden," katanya.
Ia juga menyampaikan rasa bangganya melihat industri perkapalan di Batam, dengan demikian, ia katakan Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan produksi sendiri.
Disampaikannya juga bawa PT Anggrek Hitam yang mempunyai spesialisasi pembuat kapal tersebut merupakan kali pertama mendapatkan pesanan kapal tangker.
"Dan kalau kita lihat Indonesia memang mampu. Karena itu jika nanti Pak Soerya menjadi Gubernur saya akan dorong terus," katanya.
Sementara ditempat yang sama, calon Gubernur Kepri Soerya Respationo mengaku optimis akan mampu menghidupkan industri galangan kapal yang menurutnya mulai lesu di Batam.
Ia juga mengatakan akan memperbanyak Balai Latihan Kerja (BLK) guna untuk membantu para pekerja mendapatkan sertifikasi dengan mudah dalam mendukung kemampuan yang dimiliki para pekerja.
"Jangan sampai gaji orang asing lebih besar dengan gaji kita hanya gara-gara sertifikasi. Kalau keahlian pekerja kita tentu tidak kita ragukan lagi," kata Soerya.
Editor: Dardani
