logo batamtoday
Rabu, 24 April 2024
JNE EXPRESS


Poros Maritim Dunia
Jum'at, 10-10-2014 | 09:42 WIB | Penulis: Saibansah Dardani
 
KRI Usman Harun. (Foto: Istimewa).

 

Sepekan sebelum perhelatan HUT TNI ke-69 yang digelar di Pelabuhan Armatim, Ujung, Surabaya, Selasa, 7 Oktober 2014, KRI Usman-Harun melintas dengan gagah membelah lautan Selat Malaka. 


POROS Maritim Dunia. Itulah tiga kata yang menjadi mimpi kita bersama. Termasuk, mimpi besar para prajurit TNI pembela tanah air kita. Mereka tidak peduli dengan ancaman dari negara tetangga yang menolak keras nama Usman dan Harun disematkan di lambung kapal BAE System Maritime-Naval Ships Inggris. 

Bahkan, KRI Usman-Harun menjadi salah satu dari 28 kapal perang milik TNI yang memeriahkan hajatan HUT TNI ke-69 di armada TNI AL Ujung Surabaya. Tidak salah jika pemerintah mendukung sikap tegas TNI yang tidak mau didekte negara lain. Karena sekali tentara kita mau didekde, maka jangan harap rakyat akan memiliki pasukan pemukul dan tentara yang kuat serta profesional. 

Apalagi, KRI Usman-Harun, kapal  dengan tipe F2000 Corvette itu merupakan salah satu kapal kebanggaan pasukan TNI AL yang memiliki 1 meriam Oto Melara 76 mm, 2 meriam MSI Defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE Systems 324 mm untuk perang atas air dan bawah air. Juga, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan-ke-udara VLS MBDA MICA (BAE Systems), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet. Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.

Untuk keperluan perang bawah air dari serbuan dan intipan kapal selam, kapal-kapal perang ini dilengkapi radar berbasis sonar di lambung Thales Underwater Systems TMS 4130C1, radar permukaan dan udara E-band dan F-band BAE Systems Insyte AWS-9 3D. Inilah salah satu sebab personel pengawaknya cukup banyak. Tiap kapal memerlukan 79 personel termasuk sang komandan kapal.

Dengan karakter korvet yang cukup "mini" namun cukup sarat persenjataan, kapal perang berbobot kosong hampir 2.000 ton ini pas untuk keperluan patroli jarak dekat-menengah dan kawal-sergap. Apalagi kecepatannya cukup mumpuni, yaitu hingga 30 knot perjam berkat dorongan empat mesin diesel MAN B&W/Ruston yang memancarkan tenaga total 30,2 MegaWatt dari 2 poros baling-balingnya.

Di tengah kebanggaan menyaksikan maneuver berbagai jenis mesin penghancur musuh yang dimiliki TNI di usia 69 tahun ini, masih terbersit rasa miris di hati penulis. Karena negara dengan luas lautan seluas 3.257.483 km2 (belum termasuk perairan ZEE), bendera merah putih masih belum menguasai lautan kita sendiri. Padahal, bendera yang berkitar di atas kapal-kapal yang mengarungi lautan itulah pemilik sesungguhnya lautan samudera. Jika bukan merah putih yang berkibar di atas lautan republik ini, maka sesungguhnya bendera-bendera lain pun bebas mengeruk apa pun di bawah lautnya. Apakah itu ikan atau pun benda-benda bersejarah lainnya. 

Ketika menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia itu menjadi mimpi kita bersama. Bukan mustahil, hal itu benar-benar akan terjadi. Apalagi, Presiden terpilih Jokowi telah memiliki visi  maritim yang kuat. Tinggal bagaimana politisi bergaya sederhana ini merealisasikan visinya itu. Tapi, tanpa dukungan dari TNI yang kuat dan professional dan mendapat dukungan penuh masyarakat, maka mimpi tersebut hanyalah mimpi kosong belaka. 

Maka, simaklah paparan yang disampaikan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio saat membuka Seminar Maritim Nasional bertemakan 'Menerjemahkan Gagasan Poros Maritim' di Universitas Nasional (Unas), Jakarta, Kamis 9 Oktober 2014 lalu. Menurut dia, masih banyak potensi sumberdaya alam di laut yang belum dikelola. Wilayah negara yang disebut NKRI adalah sebuah negara yang berciri nusantara, perlu segera memiliki paradigma baru Indonesia berorientasi kemaritiman.

Pada saat itu, peran TNI, terutama Angkatan Laut sangat penting untuk menjaga kawasan laut Indonesia, terutama pulau-pulau strategis yang berbatasan laut dengan 10 negara tetangga. Diantaranya, India, Thailand, Malaysia, Brunai Darussalam, Vietnam, Singapura, Timor Leste, Filipina dan Australia.

Bahkan, Indonesia dapat menjadi poros maritim dunia dengan satu syarat mewujudkan laut sebagai pemersatu bangsa, bukan sebagai pemisah. Untuk mewujudkan semua itu dibutuhkan political will, action plan, dan budget policy yang didukung oleh semua komponen bangsa. Baik di legislatif, eksekutif, dan yudikatif.

Dari paparan tersebut, jelaslah bahwa orang nomor satu di tubuh TNI AL ini pun memiliki mimpi yang sama. Tinggal sekarang bagaimana kita bersama-sama mendorong pemerintahan mendatang untuk segera bangun dan berhenti bermimpi. Saatnya merealisasikan mimpi. Ingat, di sekeliling NKRI saat ini, sudah siap ribuan tentara perang milik sejumlah negara adidaya. Hanya perlu waktu dalam hitungan menit saja bagi mereka untuk mengirim rudal maupu kapal tempur mereka ke wilayah kita. *

Saibansah Dardani, Redaktur Senior BATAMTODAY.COM dan Sekretaris PWI Kepri

Ucapan Idul Fitri

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit