Oleh: Sahat Simanjuntak

Bangsa dan Negara kita telah 75 tahun merdeka dan membangun. Mari kita tingkatkan lagi disiplin yang telah kita laksananalan dalam menjalankan amanat, tugas, kewajiban serta tanggung jawab yang kita emban.

Disiplin yang damaksud adalah taat terhadap peraturan dan norma-norma yang berlaku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegata serta taat dalam segala aspek kehidupan yang dilaksanakan secara sadar, ikhlas lahir dan bathin adalah rupakan perwujudan kesetiaan, komitmen dan persemaian terhadap Pancasila, UUD 1945, menjunjung Bhineka Tunggal Ika, dan Ikrar, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia. Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia dan Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia.

Aku, dia dan kita majemuk, prulal dan kultural ada dari Sabang hingga Papua dan dari Mianggas hingga Rote. Aku, dia dan kita ada dimana-mana dan tidak kemana-mana hati dan jiwanya tetap bersama dalam bingkai NKRI berdadar Pancasila dan UUD 1945.

Mari kita dalam usaha bersama Pemimpin baik di tingkat nasional, daerah, sebagai penyelenghara negara, pemerintahan, maupun sebagai legislatif, yudikatif dan legislatif, dalam peran dan tanggung jawab masing-masinh mengetahui, mengenal dan memahami akan kondisi rakyat.

Bangsa kita yang berada di desa-desa yang terpencil dengan kondisi kehidupan sosial serta kelemahan dan kurang dan perlu diberdayakan sumberdaya mereka dengan berupaya memberdayakan mereka dengan pendekatan "Top Down" Approach dan "Bottom Up" Approach tampa menggurui tapi saling mengabdi sehingga mereka dapat bangkit dan keluar dari realita yang menghambat "proses menjadi" mampu dan berperanserta bersama aku, dia dan kita mempercepat percepatan pencapaian terhadap terwujudnya hakekat cita-cita luhur Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.

Bukan hal yang aneh tujuan tersebut. Karena tujuan tersebut adalah mulia.

Disiplin adalah taat. Taat terhadap peraturan dam norma-norma yang berlaku dalam berorgarganisasi serta taat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara sadar, ikhlas lahir dan bathin sehingga timbul rasa malu untuk melanggar dan terkena sangsi serta rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis merupakan tokoh masyarakat Kabupaten Bintan.