logo batamtoday
Sabtu, 20 April 2024
JNE EXPRESS


Catatan 'Ibadah Budaya' di TIM Jakarta
Apa Sih yang Tak Bisa Didangdutkan?
Sabtu, 21-04-2018 | 17:52 WIB | Penulis: Saibansah
 
Para penonton memenuhi hampir seluruh kursi di ruangan pementasan lakon Princess Pantura. (Foto: Saibansah)  

JANGAN seret-seret dangdut ke ranah politik nan picik. Sebab, apa sih yang tak bisa diselesaikan dengan dangdut? Filosofi dangdut itulah yang coba diramu oleh Butet Kertaredjasa dalam 'Princess Pantura'. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah dari pementasan yang digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jum'at, 21 April 2018 malam.

Saat Tarzan sedang menyampaikan pidato politiknya, Inayah Wahid nyeletuk, "ah itu kan Partai Kebanyakan Baliho, yang asli itu punya bapakku."

Karuan, Tarzan pun menghentikan pidatonya. Lalu, mendekati Inayah yang saat itu menjadi salah satu peserta Princess Pantura Idol. Setelah dekat, Tarzan balik kanan ketakutan.

"Tahu gak apa artinya Inayah? In itu di dalam, ayah itu artinya ayah. Jadi, di dalam badannya itu ada ayahnya, Gus Dur!"

Itulah sekelumit dialog yang terjadi sepanjang pementasan selama hampir tiga jam itu. Pagelaran teater yang ditaja oleh Program Indonesia Kita itu digelar di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Semua kursi penuh. Tampak hadir Menteri Luar Negeri Retno Marsudi duduk di deretan kursi depan.

Lakon berjudul 'Princess Pantura' itu adalah pementasan ke-28. Menghadirkan Cak Lontong yang menjadi tokoh utama, lengkap dengan tandemnya, Akbar. Tampil juga Trio GAM (Guyon ala Mataraman) - Wisben, Juned, dan Dibyo, juga sejumlah tokoh stand up comedy, Arie Kriting dan Marwoto. Para bintang yang hadir seperti Inayah Wahid, Mucle, dan Tarzan.

Yang juga tak kalah menghibur adalah hadirnya para remaja cantik, lincah, kemayu dan menggemaskan, JKT 48. Ketujuh personil ini seolah hendak menyampaikan pesan, betapa generasi milenial tidak lagi alergi dengan musik dangdut. Kehadiran para 'bidadari' ini menunjukan betapa dangdut bukan lagi milik orang tua, kelas bawah semata tapi juga milik anak-anak muda, milenial lagi.

Diiringi para pemusik dari grup Orkes Melayu Banter Banget dengan penata musiknya Djaduk Ferianto, tampilan JKT 48 tak kalah menyegarkan dibanding tiga penyanyi yang lebih senior dari mereka, Sruti Respati, Silir Pujiwati, dan Daniel Christianto.

Lakon 'Princess Pantura' berkisah tentang persaingan antara Sruti dan Silir, dua biduan kampung yang ingin terkenal sebagai penyanyi dangdut. Keduanya terpesona dengan kesuksesan dan terobsesi menjadi artis yang selalu terlihat gemerlap di bawah sorot lampu panggung dan kamera televisi. Untuk itu, mereka melakukan berbagai cara mewujudkan mimpi. Ikut lomba menyanyi, bersaing dengan kontestan lain dan berebut kesempatan menjadi terkenal.

Tawaran menjadi artis terkenal memang menggoda, penuh bujuk rayu. Apalagi ketika mereka ditawari menjadi artis dalam kampanye pilkada. Penyanyi dangdut pantura di panggung politik merupakan daya pikat demi mendatangkan massa. Namun tentu masyarakat yang berkumpul lebih menyukai para penyanyinya dibanding pidato juru kampanye atau para politikus yang membosankan.

"Sebagaimana tercermin dalam banyak lagi dangdut pantura, penderitaan dan kesedihan disampaikan dengan keriangan musik dan goyangan. Politik boleh semakin menjengkelkan, hidup boleh semakin sulit, tapi kita mesti tetap bergoyang. Hidup barangkali memang menjadi makin asyik bila dirayakan dengan cara bergoyang," ujar salah satu tim kreatif Butet Kartaredjasa.

Princess Pantura ini merupakan pementasan kedua dengan tema Budaya Pop: Dari Lampau ke Zaman Now. Dirumuskan oleh tim kreatif yang terdiri dari Butet Kartaredjasa, Agus Noor serta Djaduk Ferianto dilengkapi dengan tampilan artistik panggung Ong Hari Wahyu.

Kehadiran musik dangdut yang kerap dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat tak membuat genre musik ini mati. Sebaliknya semakin lama justru makin berkembang dan bervariasi. Indonesia Kita mengangkat musik dangdut sebagai kekayaan khas musik Indonesia ini dengan tren kekinian sehingga tetap punya daya pesona yang memikat.

Lagu-lagu dangdut memang punya kemampuan membuat kita tetap bisa bergoyang dalam penderitaan. Meski begitu, rupanya tak sekadar dendang dan goyang yang terkandung pada dangdut, melainkan ajakan untuk memandang dunia dengan riang. Dari putus cinta, sakit gigi, mabok hingga beragam persoalan hidup disampaikan dengan riang dan sering kali jenaka.

Maka, lakon Princess Pantura ini saya harapkan bisa membuat kita merenungkan banyak hal melalui lagu-lagu dangdut agar kita bisa merasa riang kembali menghadapi bermacam persoalan hari ini. "Semoga dengan ibadah budaya ini, kita semua semakin tercerahkan, gedung dewan juga ikut tercerahkan," ujar Butet Kertaredjasa sambil menyindir Eko Patrio yang duduk di bangku penonton.

Menyaksikan tiga jam lakon yang renyah, mengalir, penuh makna dan sindiran, menjadikan lakon 'Princess Pantura' malam itu, benar-benar pecah!

Editor: Dardani

Ucapan Idul Fitri

Berita lainnya :
 
 

facebook   twitter   rss   google plus
:: Versi Desktop ::
© 2024 BATAMTODAY.COM All Right Reserved
powered by: 2digit